Jumat, 21 November 2014

HAKEKAT MANUSIA MENURUT HINDU



BAB I. PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Manusia atau orang dapat diartikan berbeda-beda dari segi biologis, rohani, dan istilah kebudayaan, atau secara campuran. Secara biologis, manusia diklasifikasikan sebagai Homo sapiens (Bahasa Latin yang berarti "manusia yang tahu"), sebuah spesies primata dari golongan mamalia yang dilengkapi otak berkemampuan tinggi. Dalam hal kerohanian, mereka dijelaskan menggunakan konsep jiwa yang bervariasi di mana dalam agama, dimengerti dalam hubungannya dengan kekuatan ketuhanan atau makhluk hidup; dalam mitos, mereka juga seringkali dibandingkan dengan ras lain. Dalam antropologi kebudayaan, mereka dijelaskan berdasarkan penggunaan bahasanya, organisasi mereka dalam masyarakat majemuk serta perkembangan teknologinya, dan terutama berdasarkan kemampuannya untuk membentuk kelompok dan lembaga untuk dukungan satu sama lain serta pertolongan.
Pada hakikatnya manusia adalah makhluk beragama. Beragama merupakan kebutuhan manusia karena manusia adalah makhluk yang lemah sehingga memerlukan tempat bertopang. Manusia memerlukan agama untuk keselamatan hidupnya. Dapat dikatakan bahwa agama menjadi sandaran vertikal manusia. Manusia dapat menghayati agama melalui proses pendidikan manusia. Pemerintah dengan berlandaskan pada GBHN memasukkan pendidikan agama ke dalam kurikulum di sekolah mulai dari SD sampai dengan perguruan tinggi.
Dalam konsep Hindu, manusia pertama adalah Svambhu, yang artinya makhluk berpikir pertama yang menjadikan dirinya sendiri. Secara etimologi kata manusia berasal dari kata manu yang artinya pikiran atau berpikir, dalam bentuk genetif menjadi kata “manusya”, artinya ia yang berpikir atau menggunakan pikirannya. Menurut konsep Hindu, manusia adalah kesatuan antara badan jasmani dan jiwa (atman) menjadikan ia secara psikopisik terus berkembang. Secara kosmologis, manusia ( yang berupa kesatuan jiwa badan jasmaninya ) yang sering disebut mikrokosmos ( bhuana alit ) yang merupakan perwujudan dari makrokosmos ( bhuana agung ). Manusia juga dikatakan sebagai makhluk Tri Pramana karena memiliki tiga kemampuan utama yaitu berpikir, berkata dan berbuat, yang menyebabkan ia berbeda dengan makhluk lainnya. Dengan kemampuan berpikir, berkata dan berbuat, manusia melakukan perbuatan baik dan perbuatan buruk yang disebut subha asubha karma. Dengan mengutamakan perbuatan baik yang disebut subha karma inilah manusia mampu menolong dirinya sendiri, mengangkat dirinya dari kesengsaraan. Inilah keistimewaan lahir menjadi manusia. Dimana tidak dimiliki oleh makhluk lain selain manusia. Secara umum manusia senang pada keindahan, baik itu keindahan alam maupun seni, dan yang merupakan musuh besar manusia menurut agama Hindu yang disebut Sad Ripu. Sad Ripu ini berada di dalam diri setiap manusia dimana sifat – sifat tersebut akan mempengaruhi watak dan perilaku manusia. Itulah sebabnya  watak dan perilaku manusia berbeda antara satu dengan yang lainnya. Sad Ripu tidak bisa kita hilangkan karena begitu melekat dalam diri manusia. Satu – satunya cara adalah dengan mengendalikannya. Untuk itu, kita harus bisa mengendalikan sifat tersebut agar nantinya kita mendapat ketenangan di dalam diri. Jika hati kita tenang, maka pikiran pun akan tenang untuk menghasilkan pemikiran – pemikiran yang jernih. Dari pemikiran yang jernih kita senantiasa akan berkata dan berbuat yang baik.
1.2  Rumusan Masalah
Adapun Rumusan masalah makalah ini adalah bagaimana hakikat manusia menurut Hindu?.
1.3  Tujuan dan manfaat
Tujuan penulisan makalah ini adalah ingin mengetahui hakikat manusia menurut Hindu. Sedangkan manfaat penulisan makalah ini adalah dapat mengetahui hakikat manusia menurut Hindu.



BAB II PEMBAHASAN
2.1  Pengertian Manusia Menurut Hindu
Manusia pertama adalah Svambhu, yang artinya makhluk berpikir pertama yang menjadikan dirinya sendiri. Secara etimologi kata manusia berasal dari kata manu yang artinya pikiran atau berpikir, dalam bentuk genetif menjadi kata “manusya”, artinya ia yang berpikir atau menggunakan pikirannya. Menurut konsep Hindu, manusia adalah kesatuan antara badan jasmani dan jiwa (atman) menjadikan ia secara psikopisik terus berkembang. Secara kosmologis, manusia ( yang berupa kesatuan jiwa badan jasmaninya ) yang sering disebut mikrokosmos ( bhuana alit ) yang merupakan perwujudan dari makrokosmos ( bhuana agung ). Manusia juga dikatakan sebagai makhluk Tri Pramana karena memiliki tiga kemampuan utama yaitu berpikir, berkata dan berbuat, yang menyebabkan ia berbeda dengan makhluk lainnya. Dengan kemampuan berpikir, berkata dan berbuat, manusia melakukan perbuatan baik dan perbuatan buruk yang disebut subha asubha karma. Dengan mengutamakan perbuatan baik yang disebut subha karma inilah manusia mampu menolong dirinya sendiri, mengangkat dirinya dari kesengsaraan. Inilah keistimewaan lahir menjadi manusia. Dimana tidak dimiliki oleh makhluk lain selain manusia.
Secara umum manusia senang pada keindahan, baik itu keindahan alam maupun seni, dan yang merupakan musuh besar manusia menurut agama Hindu yang disebut Sad Ripu. Sad Ripu ini berada di dalam diri setiap manusia dimana sifat – sifat tersebut akan mempengaruhi watak dan perilaku manusia. Itulah sebabnya  watak dan perilaku manusia berbeda antara satu dengan yang lainnya. Sad Ripu tidak bisa kita hilangkan karena begitu melekat dalam diri manusia. Satu – satunya cara adalah dengan mengendalikannya. Untuk itu, kita harus bisa mengendalikan sifat tersebut agar nantinya kita mendapat ketenangan di dalam diri. Jika hati kita tenang, maka pikiran pun akan tenang untuk menghasilkan pemikiran – pemikiran yang jernih. Dari pemikiran yang jernih kita senantiasa akan berkata dan berbuat yang baik.
2.2  Manusia Konsep Hindu
Konsep Hindu mengatakan bahwa manusia terdiri dari 2 unsur, yaitu jasmani dan rohani. Jasmaninya adalah badan, tubuh manusia sedangkan rohani merupakan hakekat Tuhan yang abadi, kekal, yang disebut dengan Atman. Manusia memiliki 3 lapisan badan yang disebut Tri Sarira yang terdiri dari Stula Sarira, Suksma Sarira, dan Anta Karana Sarira. Stula Sarira atau raga manusia dalam konsep Hindu terdiri dari unsur-unsur Panca Maha Bhuta yaitu Pertiwi, Apah, Teja, Bayu, Akasa. Tubuh manusia merupakan Bhuana Alit atau Bhuana Sarira. Proses terbentuknya pun sama seperti proses terjadinya Bhuana Agung atau alam semesta. Sedangkan Suksma Sarira yaitu badan halus yang terdiri 3 unsur yang disebut Tri Antahkarana terdiri dari manas atau alam pikiran, Buddhi atau kesadaran termasuk didalamnya intuisi dan Ahamkara atau keakuan atau ego. Dalam Suksma Sarira terdapat unsur halus dari Panca Maha Bhuta yang disebut Panca Tan Matra yaitu ; Sabda, Sparsa, Rupa, Rasa, Gandha membentuk berbagai indra ( Panca Buddhindriya dan Panca Karmendriya). Sedangkan Anta Karana Sarira merupakan unsur rohani yaitu jiwatman sendiri yang sifatnya sama seperti paramaatman, kekal abadi.
Manusia secara harpiah, berasal dari kata manu yang artinya mahluk yang berpikir. Jadi manusia merupakan mahluk yang telah dibekali salah satu kelebihan dibandingkan mahluk lainnya. Dalam Hindu terdapat konsep Tri Pramana, yang terdiri dari Bayu, Sabda , Idep. Tumbuhan hanya memiliki bayu atau tenaga untuk tumbuh, sedangkan binatang memiliki bayu dan sabda dimana binatang memiliki tenaga untuk bertumbuh, berkembang dan mengeluarkan suara, sedangkan manusia memiliki ketiganya. Pikiran hanya dimiliki oleh manusia yang telah dibekali sejak dilahirkan. Dengan memiliki pikiran maka diharapkan manusia mempunyai wiweka mampu membedakan mana yang baik dan buruk. Pikiran dipakai berpikir terlebih dahulu sebelum melakukan tindakan. Manusia juga dengan pikirannya diharapkan mengetahui asal, tujuan dan tugas serta kewajibannya. Dengan mengetahui hal ini maka pola hidup serta cara pandangnya terhadap kehidupan akan mampu mengilhami setiap tindakannya sehingga tetap berada pada jalur yang benar, sesuai etika dan ajaran-ajaran dharma yang telah diungkapkan dalam ajaran agama. Namun manusia juga termasuk makhluk yang lemah, karena tidak seperti binatang yang lahir begitu saja langsung bisa berdiri, terbang, berjalan tanpa memerlukan bantuan dari yang lain. Maka hendaknya ini dipahami terlebih dahulu untuk mengetahui dan dapat memisahkan esensi dari raga ini yang terpisah dengan atman yang sejati.

2.3  Tujuan Hidup Manusia Menurut Agama Hindu
Setiap kelahiran jika dipahami, sesungguhnya manusia membawa perannya masing-masing. Manusia yang telah melakukan perenungan secara mendalam dengan pikiran yang jernih akan bertanya, apa sesungguhnya yang menjadi tujuan hidupnya. Ada 2 macam tujuan hidup manusia yaitu tujuan duniawi dan spiritual.Tujuan duniawi berupa keinginan untuk mengejar harta, kekayaan dan keinginan. Sedangkan tujuan spiritual yaitu keinginan untuk bersatu kepada yang hakekat dan asal yang sesungguhnya. Dalam Hindu, tujuan hidup manusia terdapat dalam Catur Purusartha. Yang terdiri dari 4 bagian yaitu : Dharma, Artha, Kama Moksa. Dharma merupakan ajaran kebenaran, sebagai pandangan hidup, tuntunan hidup manusia. Artha yaitu kekayaan yang berupa materi. Kama merupakan keinginan dan Moksa yaitu bersatunya sang diri atau jiwatman dengan yang lebih tinggi atau Paramaatman. Jadi jelas dalam hidup manusia selalu mengejar artha, kama dan moksa. Namun dalam mengejar artha dan kama harus berdasarkan dharma, kebajikan dan kebenaran, bukan dengan cara-cara yang tidak baik. Penyatuan kepada yang hakekat merupakan tujuan yang harus dicapai manusia dengan berdasarkan etika keagamaan dan dharma yang telah ditentukan. Pembangkitan kesadaran bahwa kita merupakan salah satu bagian dari pada esensi dunia ini merupakan hal yang harus dicapai agar pikiran dapat terbuka, menyadari hakekat sang diri. Harapan tersebut dapat terwujud dengan mengimplementasikan ajaran dharma. Dalam pustaka suci Hindu telah disebutkan bahwa menjelma menjadi manusia merupakan suatu keberuntungan dan hal yang utama. Dengan manas atau pikiran yang dimiliki, maka manusia dapat menolong dirinya sendiri dari keadaan samsara dengan jalan berkarma yang baik. Kesadaran akan mampu meluruskan pikiran yang selalu hanya mementingkan kehidupan duniawi.
Dalam Sàrsamuccaya 8 disebutkan ;
Mànusyam durlabham pràpya vidyullasita cañcalam,
bhavakûayem atiá kàyà bhavopakaraóesu ca.
 
artinya ;
Menjelma menjadi manusia itu, sebentar sifatnya, tidak berbeda dengan kerdipan petir, sungguh sulit (didapat), karenanya pergunakanlah penjelmaan itu untuk melaksanakan dharma yang menyebabkan musnahnya penderitaan. Sorgalah pahalanya.
            Tentang tujuan hidup manusia, setiap orang tentunya mempunyai pandangan masing-masing, dan berdasarkan pandangannya itu mereka mengusahakan untuk mencarinya. Dalam mewujudkan tujuan hidupnya itu, tidak sedikit orang yang hanya mementingkan diri, egois merasa benar sendiri dan harus selalu menang dan mampu mengalahkan yang lain. Pendidikan yang keliru, misalnya sejak anak-anak telah ditanamkan bahwa orang tuanya berasal dari golongan yang kaya, derajatnya tinggi, bangsawan dan memandang rendah mereka para rakyat jelata, para pekerja, buruh, pembantu rumah tangga dan sebagainya, padahal belum tentu orang yang dipandang rendah martabatnya, karena lahir dari keluarga yang dianggap rendah tidak memiliki budhi pekerti yang luhur. Dalam kehidupan masyarakat, tidak sedikit kita memperhatikan di lingkungan kita anak-anak yang sejak dini menganggap orang yang karena kelahiran dari keluarga petani, peternak, buruh, nelayan dan pekerja pada umumnya derajat dianggap rendah, mengembangkan sifat yang arogan, egostis, tidak peduli dengan lingkungan dan minta selalu dihormati. Dalam kehidupan modern dewasa ini, seseorang menghargai orang lain dari penampilannya, sikapnya yang sopan, lemah lembut, tutur katanya manis dan ramah dan memancarkan budhi pekerti yang luhur. Orang-orang yang demikian keadaannya, apalagi sangat giat belajar, giat bekerja, rendah hati dan ramah, serta memiliki keimanan yang tinggi senantiasa akan mendapatkan perlindungan Tuhan Yang Maha Esa, karena pada dirinya memancarkan kasih sayang yang sejati. Ketika seseorang merenung dengan dalam tentang arti dan tujuan hidupnya, maka bagi mereka yang mendalami ajaran Agama Hindu, tujuan hidup yang pertama adalah mewujudkan Dharma yakni kebajikan, kebaikan, kebenaran, kasih sayang, taat kepada hukum dan taat kepada ajaran agama. Dan tujuan akhir adalah untuk mencapai moksa yaitu bersatunya atma dengan paramatma.

2.4  Tugas dan Kewajiban sebagai Manusia Hindu
Kecendrungan manusia yang lupa terhadap tujuannya karena pengaruh kenikmatan duniawi telah merubah prilaku manusia untuk menyimpang dari ajaran kebenaran. Kenikmatan duniawi tiada berkesudahan ini mempengaruhi prilaku manusia sehingga jalan apapun terkadang dihalalkan. Sesuai dengan tujuan yang mesti di capai manusia yaitu suatu penyatuan kepada yang tertinggi, maka ini dibarengi dengan tindakan yang searah dengan tujuan tersebut. Tujuan tersebut mustahil akan tercapai jka arah dan jalan yang ditempuh itu salah. Maka hal pertama yang menjadi tugas manusia adalah menjalankan Dharma. Menjalankan etika dan ajaran-ajaran yang mulai dilupakan maka keseimbangan dunia akan terganggu. Manusia memiliki tanggungjawab untuk menjaga keseimbangan ini. Dengan pikiran yang dimiliki, manusia mampu membuat kehidupan ini menjadi baik maupun hancur. Untuk itulah, tugas dan kewajiban utama manusia adalah mengamalkan dan melaksanakan ajaran Dharma ( kebajikan yang utama ), dengan melaksanakan berbagai yadnya demi terjaganya keseimbangan alam semesta.
       Dalam Bhagawad Gita telah banyak dijelaskan tentang 4 jalan yang disebut Catur Marga Yoga, empat jalan yang dapat ditempuh untuk mendapatkan kebahagiaan lahir bhatin yaitu : Bhakti Marga Yoga, Karma KarmaYoga, Jnana Marga Yoga, dan Raja Marga Yoga. Rahasia kebahagiaan dari ke 4 ajaran Yoga merupakan jalan dari hakekat kehidupan manusia agar dapat bersatu dengan Tuhan. Apapun kesulitan kita hendaknya  tetap berpegang teguh pada ajaran dharma tanpa ada keraguan yang hanya akan membuat kita kembali jatuh ke dunia material yang penuh dengan kesenangan sementara. Ikatan keluarga hanya ada pada kehidupan ini, namun jika kita sudah mengetahui konsepsi sebagai manusia, maka hal itu tidak akan membuat kesadaran kita goyah.
       Setiap manusia telah menentukan sendiri jalan hidupnya sehingga itu bukan alasan untuk berpaling dari jalan yang telah diyakininya. Seseorang tidak bisa ikut campur tangan atas karma orang lain sehingga kita hendaknya berusaha melepaskan keterikatan tersebut. Kesenangan duniawi hanya memberikan kebahagiaan sementara bagi indra-indra manusia. Itu bukanlah kebahagiaan yang sejati karena yang sejati itu tak dapat dilukiskan dengan kata-kata semata.
2.5 MARTABAT MANUSIA HINDU. 
Martabat manusia selalu dikaitkan dengan penguasaan mereka pada masalah keimanan dan ketaqwaan mereka kepada Sang Hyang Widi Wasa, maupun masalah penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sehingga tingkatan mastabat manusia Hindu,  juga dilihat dari masalah tersebut seperti : tingkat pendidikan dikaitkan dengan penguasaan ilmu dan pengetahuan dan teknologi; Profesi, swadarma dalam implementasi ilmu pengetahuan dan teknologi di masyarakt; Peran dalam hidup bermasyarakat; dan penguasaan serta implementasi keimanan dan ketaqwaan dalam kehidupan bermasyarakat.
Dan semua yang dilakukan oleh manusia Hindu pada umumnya untuk pencapaian tujuan hidup manusia itu sendiri yaitu Catur Purusa Artha, meliputi : Dharma, Artha, Kama, Mokhsa. Dharma menjadi dasar dan pedoman kita dalam menunaikan tugas hidup kita sebagai manusia, yang dilahirkan kembali diberikan kesempatan untuk memperbaiki taraf hidupnya.
Dharma, adalah ajaran-ajaran agama yang menjadi pedoman dalam kita mengarungi samudera kehidupan ini, memilha dan memilih mana yang boleh dan mana yang patut dihindari dalam kehidupan ini, karena tuntunan moral maupun tuntunan agama. 
Artha merupakan kebutuhan pokok manusia, arta dalam hal ini adalah arta untuk memenuhi kebutuhan pokok, kebutuhan pangan, kebutuhan sandang, dan kebutuhan pisiologis lainnya. Dan semua aktivitas keagamaan pun tidak terlepas dari kebutuhan arta ini.
Kama, merupakan kepuasan, kenikmatan, merupakan suatu kondisi yang memotivasi manusia untuk rajin, giat dalam melaksanakan tugasnya. Pencarian atau pencapaian kama ini lebih banyak memerlukan artha, sehingga untuk menuju kama ini manusia akan selalu termotivasi untuk mengumpulkan artha.
Tapi tentu tidak dapat lepas dari tuntunan dharma atau agama di dalam mencari artha maupun kama ini, sehingga sebagai dasar dan pedoman dalam mengumpulkan artha dan mencari kepuasan ini adalah dharma itu sendiri.
Sebagai tujuan akhir dari hidup manusia Hindu adalah Mokhsa, yaitu menyatunya atman dengan brahman saat orang itu meningggal dunia.
Ada dua jalan dalam menuju ke arah tujuan tersebut, yaitu :  (1) jalan prajapati, dan (2) jalan yoga. Jalan prajapati ternagi atas 3 jenis jalan, yaitu : Jnana marga, Karma marga, dan Bakti marga. Sedangkan jalan yoga ada hanya satu jalan yaitu : yoga marga.  Keempat jalan ini sering juga kita kenal dengan catur marga, sehingga pembagiannya menjadi : (1) Jnana Marga, (2) Karma Marga, (3) Bakti Marga, dan (4) Yoga Marga.



BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran