Jumat, 23 September 2011

TOKOH

Pemilik nama Gede Pasek Suardika, S.H.,M.H. ini terlahir pada tanggal 21 Juli 1969 di Singaraja, Bali. Alumni SD, SMP Lab Unud Singaraja dan SMAN I Singaraja itu berhasil meluluskan gelar Sarjana Hukum di Universitas Brawijaya Malang, Jawa Timur dan program magister hukumnya di Fakultas Hukum Universitas Udayana Denpasar. Selain aktif di berbagai organisasi dan LSM, karirnya yang bermula di dunia jurnalistik baik di Jawa Timur maupun di Bali yang pada akhirnya membuat dirinya dipercaya menjadi Wakil Ketua Bidang Hukum dan Pembelaan Wartawan PWI Bali. Ia juga kini dikenal sebagai advokat muda yang karirnya cemerlang akibat sikapnya yang berani, kritis dan sering melawan arus. Selain sebagai advokat, Ia juga dikenal sebagai konsultan pilkada di propinsi Bali yang handal. Beberapa kepala daerah di Bali saat ini banyak sukses berkat sentuhan tangan dinginnya. Ia juga aktif menulis buku bidang hukum, politik dan budaya. Tiga pilar pengetahun yang sangat diminatinya. Buku-buku yang sudah pernah terbit diantaranya: Seni Bali Menari; Bhisama Pasek dalam Konteks Kekinian; Kekonyolan RUU APP; 108 Tips Niskala, Kiprah SBY, Mempesona Karena Memang Bekerja; Bung Karno, Saya Berdarah Bali dan lain-lain.

Untuk apa saya dan anda berada di KMHDI ?


I. Pengantar Tulisan ini adalah sebuah penjelasan tentang untuk apa seseorang perlu berada dan beraktivitas di KMHDI. Tulisan ini mencoba menjawab kebingungan sebagian pengurus KMHDI yang di dalam hatinya masih bertanya-tanya “mau dibawa kemana organisasi ini ?

Tulisan ini juga dialamatkan bagi anggota-anggota baru KMHDI yang di dalam hatinya pasti bertanya-tanya “ngapain saya ikut-ikutan organisasi ini ?”

Mohon dibaca hingga habis tulisan ini dan semoga pertanyaan-pertanyaan tersebut bisa terjawab seluruhnya. Sebenarnya sebagian isi tulisan ini sudah ada secara terpencar di berbagai tulisan lain di buku-buku KMHDI atau di diskusi-diskusi di milis dan forum KMHDI (KMHDI.org) namun karena tidak semua anggota KMHDI sempat dan mampu menyimak berbagai tulisan dan diskusi tersebut maka tulisan ini akan menjadi semacam kesimpulan dan himpunan pengetahuan tentang KMHDI. Tulisan ini sengaja dibuat agar para pengurus, anggota dan partisipan KMHDI memiliki orientasi arah tentang pertanyaan-pertanyaan mendasar mengenai keberadaan mereka di KMHDI dan agar selanjutnya bisa mengarahkan kegiatan KMHDI seperti sebagaimana seharusnya.
... Untuk mempermudah pengertian pembaca maka judul tulisan ini dapat dibagi dalam empat pertanyaan mendasar yaitu :
Untuk apa saya,anda dan mereka berada dan beraktivitas di KMHDI ? Untuk apa KMHDI ini ada dan perlu dijaga keberadaannya ? Apa hubungan antara keberadaan KMHDI dengan masa depan umat Hindu Indonesia ? Untuk apa KMHDI memfokuskan kegiatannya pada pendidikan dan pelatihan dalam bentuk kaderisasi ? Jawaban atas empat pertanyaan ini harus dimulai dari gambaran besar tentang situasi kebangsaan secara umum dan kondisi umat Hindu di Indonesia.

II.  Situasi Kebangsaan
Umat Hindu Indonesia berada di Indonesia dan karena itu perbincangan tentang umat Hindu Indonesia mau tidak mau harus mengikutsertakan situasi kebangsaan Indonesia. Mari kita mulai dengan pendapat dua orang Proklamator Indonesia tentang situasi kebangsaan kita :
Ir Soekarno (Bung Karno)  pernah mengatakan “Aku menghadapi kenyataan bahwa negeriku miskin, malang dan dihinakan oleh bangsa-bangsa lain”.

Pernyataan ini adalah sebuah cetusan hati yang jujur dari seorang pendiri bangsa Indonesia dan tragisnya, sampai saat inipun masih dapat dirasakan bahwa pernyataan tersebut masih relevan. Menimpali keprihatinan Bung Karno tentang kedaulatan dan kehormatan bangsa, proklamator yang lain yaitu M.Hatta (Bung Hatta) memberi arahan yang harus ditempuh untuk menyelesaikan keprihatinan tersebut yaitu :

“Kita harus mengajar para intelektual yang muda-muda, yang pada suatu saat akan menggantikan kita untuk meneruskan cita-cita bangsa ini. Mendidik bangsa ini agar menjadi bangsa yang rasional dan berpengetahuan. Tujuan akhir dari semua ini adalah untuk mewujudkan suatu keadaan dimana diri kita dan kader-kader kita akan menjadi pemikir, pejuang dan pemimpin bagi agama, bangsa dan kemanusiaan. Ini adalah janji kepada tanah air. Ini merupakan soal prinsip. Soal kehormatan suatu bangsa.”

Dua masalah itu yaitu kehormatan bangsa dan pendidikan bagi anak-anak bangsa adalah masalah Ke-Indonesiaan pada saat Republik ini didirikan, namun jangan salah karena sesungguhnya hingga saat inipun kedua kondisi tersebut masih terjadi dan masih menjadi tantangan untuk dibenahi. Dua masalah kebangsaan ini mengantar kita untuk masuk ke bagian selanjutnya yaitu :

III.  Situasi Umat Hindu di Indonesia
Hindu adalah sebuah agama yang dianut oleh begitu banyak manusia dan mampu survive dalam waktu yang sangat panjang. Sejarah Indonesia banyak yang dipengaruhi oleh tradisi-tradisi Hindu, yang walaupun seringkali dibantah oleh pelaku sejarah, namun tidak terbantahkan dalam realitasnya. Sampai saat inipun beberapa aspek kehidupan sosial dan religius masyarakat luas masih dipengaruhi oleh ajaran-ajaran Hindu. Namun dominasi kesejarahan tetaplah sebuah cerita masa lalu dan karena sejarah tidak pernah bergerak mundur maka yang penting bukanlah cerita lalu tetapi kemampuan menghadapi masa depan.

Sampai akhir abad ke-20 umat Hindu di Indonesia adalah umat yang minoritas secara kuantitas dan rendahnya kuantitas tersebut (sayangnya !!!) tidak disertai dengan kualitas SDM yang memadai. Data Biro Pusat Statistik tahun 1997 menunjukkan bahwa jumlah umat Hindu di Indonesia adalah sekitar 10 juta jiwa, terbesar berada pada usia muda, dengan tingkat penyebaran yang tidak merata, dimana jumlah umat Hindu di Pulau Bali adalah sekitar 35% dari keseluruhan umat Hindu di Indonesia. Dengan penguasaan alat produksi yang terbatas pada alat-alat produksi tradisional maka sebagian besar umat Hindu di Indonesia adalah umat dengan status ekonomi yang berada pada level menengah ke bawah.

IV. Masalah Umat Hindu Indonesia
Itulah situasi umat Hindu Indonesia menjelang pergantian Millenium dahulu dan sepertinya saat inipun (tahun 2010) masih seperti itu. Lantas apa yang menjadi masalah dari kondisi semacam ini ?
Ego umat beragama - Perbandingan antar agama sering dilakukan oleh umat lain terhadap umat Hindu dan seringkali menempatkan umat Hindu sebagai pihak yang “kalah”. Ini bukan karena ajaran Hindu yang “kalah” namun karena kecerobohan dan kebodohan umat kita sendiri yang tidak menguasai konsep-konsep dasar agamanya sehingga  cercaan dan hinaan sebagai agama “kuno”, “ketinggalan jaman”, “ciptaan manusia” dll harus kita telan mentah-mentah. Berbagai masalah ini membuat penampilan umat Hindu Indonesia menjadi “ndeso”, “kampungan”,  “tahayul banget”, “kafir”, “penyembah berhala” dll Politik - Umat Hindu seperti pelanduk yang terjepit diantara beberapa gajah yang sedang bertarung. Gajah ini bisa berupa penganut  agama lain seperti umat Islam (yang memiliki jaringan kuat dengan Pan-Islamisme dan Pan-Arabisme) atau penganut agama Kristen (yang memiliki jaringan Zending yang kuat di seluruh dunia). Gajah yang lain adalah ideology modern seperti Kapitalisme, konsumerisme, individualisme dll (dengan jaringan yang kuat di di USA dan Eropa Barat). Umat Hindu Indonesia hampir mati terjepit di tengah-tengah semua gajah ini dan apabila tidak ada tindakan penyelamatan yang dimulai dari saat ini maka dapat dipastikan umat Hindu Indonesia pasti akan benar-benar mati terjepit di masa depan Sindrom Minoritas - Selalu merasa jadi korban tapi enggan memperbaiki diri, kecenderungan berperilaku pecundang dan lain sebagainya Inti dari berbagai kelemahan ini adalah KEBODOHAN dalam arti yang luas dan sejarah serta pendiri republik telah mengajarkan kepada kita bahwa kebodohan semacam ini hanya bisa ditanggulangi dengan pendidikan dan pelatihan  berorganisasi. Kebodohan semacam ini bersifat jangka panjang sehingga penanganannya juga harus bersifat jangka panjang. Tidak ada shortcut (jalan pintas) dalam mengatasi masalah-masalah mendasar seperti ini

V.  Solusi atas masalah
Kita telah menemukan satu dari sekian banyak akar masalah yaitu Kebodohan dalam arti luas, yang menurut pengalaman sejarah, masalah ini hanya dapat ditanggulangi dengan dua cara yaitu :
Pendidikan Pelatihan Organisasi Dan karena itulah, KMHDI difokuskan pada pendidikan nilai-nilai dan pelatihan kemampuan organisasi pada generasi muda Hindu. Dalam bahasa Purwaka KMHDI, ini disebut dengan “mewujudkan intelektual Hindu yang Moksartham Jagadhita Ya Caiti Dharma”
Sekarang ingat baik-baik bahwa KMHDI berfokus kepada pendidikan nilai-nilai dan pelatihan berorganisasi bukan karena KMHDI tidak punya fokus yang lain tapi karena memang dua tindakan inilah yang dibutuhkan oleh umat Hindu Indonesia. Tanpa dua tindakan ini maka semua bayangan buruk tentang masa depan umat Hindu Indonesia yang suram, kemungkinan besar akan jadi kenyataan. Ingat juga baik-baik bahwa pentingnya keberadaan KMHDI bukanlah bagi keuntungan dirinya sendiri dan juga bukan semata-mata bagi keuntungan individu-individu yang menjadi pengurus atau anggota KMHDI,  namun dalam skala yang lebih luas, KMHDI adalah aset bagi umat Hindu Indonesia.

Pertanyaan selanjutnya adalah
Dengan cara bagaimana pendidikan dan pelatihan organisasi dapat memecahkan masalah-masalah tersebut ?
 Pendidikan (bukan hanya pengajaran !) meneruskan dua hal penting yaitu tata nilai dan cara berpikir. Tata nilai dan cara berpikir akan menentukan jati diri seseorang dalam jangka panjang Pendidikan membuat seseorang menyadari tentang karakter dirinya sendiri dan bisa bersikap terhadap perubahan lingkungannya Pendidikan membuat seseorang dibekali dengan cara berpikir yang terbuka sehingga akan memiliki kemampuan mengendalikan, mengkajiulang praktek yang ada, berani mengambil sikap dan tindakan, memiliki serta membagikan visi dan nilai-nilai yang memberikan arah bagi orang lain di sekelilingnya Pelatihan organisasi membekali seseorang dengan kemampuan :Komunikasi Koordinasi Interaksi dengan orang dari berbagai latar belakang Berjaringan Berpikir komprehensif dan lintas wilayah/sektoral Dipimpin dan memimpin  
VI.  Pelaksanaan pendidikan dan pelatihan di KMHDI
Oke, itu tadi semuanya adalah adalah latar belakang kenapa KMHDI berfokus kepada pendidikan (transfer nilai-nilai dan cara berpikir) serta pelatihan organisasi. Selanjutnya ada pertanyaan,

Dengan cara apa KMHDI melakukan pendidikan dan pelatihan itu ?

Jawabannya :
KMHDI melakukannya melalui Kaderisasi


Pesan Sponsor :

Untuk memperjelas tulisan ini, kita perlu tahu tentang terminologi KMHDI yang berhubungan dengan kaderisasi. Sebenarnya apa sih arti dari kata-kata ini ?
Kader KMHDI : Seorang individu (bisa pengurus, bisa anggota, bisa alumni, bisa partisipan KMHDI) yang telah pernah dibekali dengan nilai-nilai KMHDI dan masih mempraktekkan nilai-nilai itu. Kaderisasi KMHDI : Proses pendidikan nilai-nilai KMHDI dan pembekalan kemampuan berorganisasi yang dilakukan oleh kader-kader KMHDI bagi kader-kader KMHDI yang lain Sistem Kaderisasi KMHDI : Serangkaian kegiatan pelatihan formal dan informal yang rasional, standar, sistematis dan berhubungan antara satu dengan lainnya sehingga membentuk interkoneksi pelatihan yang ditujukan bagi terbentuknya nilai-nilai KMHDI dan kemampuan berorganisasi pada kader-kader KMHDI    5W 1H Kaderisasi KMHDI

Apa tujuan Kaderisasi KMHDI ?
Mempersiapkan generasi muda Hindu pada saat ini dengan cara membekali dan melatihnya dengan nilai-nilai dan berbagai kemampuan berorganisasi agar dapat menjadi pemimpin-pemimpin Hindu yang siap mengatasi masalah – masalah umat Hindu Indonesia di masa depan. Dalam bahasa Purwaka KMHDI, inilah yang disebut dengan :
Visi KMHDI : yaitu Wadah pemersatu dan alat pendidikan kader Misi KMHDI : yaitu Memperbesar jumlah kader mahasiswa Hindu yang berkualitas.
Siapa yang mengkader ?
Ya, kader KMHDI

Siapa yang dikader ?
Ya, kader KMHDI

Apa yang dikader ?
Nilai-nilai KMHDI yang meliputi nilai-nilai KEBEBASAN, KEADILAN dan SOLIDARITAS dalam level INDIVIDU dan DEMOKRASI, HUKUM dan NEGARA dalam level KOMUNITAS

Untuk apa mereka dikader?
Agar nantinya kader KMHDI dapat menjadi orang yang RELIGIUS, HUMANIS, NASIONALIS dan PROGRESIF  sehingga bisa melakukan DHARMA AGAMA dan DHARMA NEGARA secara benar dan akhirnya dapat menjadi pemimpin umat Hindu di masa depan

Kapan dikader ?
Semasa dia masih menjadi Kader KMHDI

Dengan cara apa kaderisasi dilakukan ?
Dengan menggunakan Sistem Kaderisasi KMHDI

Kapan dan bagaimana kita tahu kalau proses kaderisasi KMHDI sudah terlaksana dengan benar?
Ada empat jawaban :
Kalau pada diri kader telah terbangun KESADARAN AKAN MASA DEPAN umat Hindu. Kader KMHDI seharusnya sadar bahwa mereka adalah golongan yang terpilih dari umat Hindu Indonesia. Sangat sedikit rakyat Indonesia yang berkesempatan melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi dan karena itu mahasiswa Hindu Indonesia adalah golongan yang terpilih dari umat Hindu Indonesia dan tanggungjawabnya adalah jelas yaitu mengemban tanggung jawab kemuliaan Hindu di masa depan Kalau pada diri kader telah timbul KESADARAN TENTANG HAK, KEWAJIBAN DAN HARGA DIRINYA. Kenapa begini ? Karena hanya manusia – manusia yang sadar yang akan mampu merubah keadaan. Buruk baiknya nasib si manusia dan langkah-langkah yang akan dijalankannya untuk memperbaiki nasib tersebut harus merupakan pertimbangan dan perbuatan sendiri dan bukan atas perintah dari luar Kalau pada diri kader telah terbangun KESADARAN SEJARAH. Jangan terbutakan oleh kebanggaan sejarah Hindu di Indonesia yang pernah menjadi penguasa di masa lampau. Ingat baik-baik diktum sejarah itu sendiri,  yaitu “Panta Rei”,  sejarah itu mengalir dan hukum sejarah adalah keras seperti baja dan karena itu orang-orang yang tidak mau belajar dari sejarah akan dikutuk oleh sejarah untuk melakukan kesalahan sejarah yang sama. Pengurus dan anggota KMHDI perlu menumbuhkan kesadaran sejarah dengan berkaca pada kejadian-kejadian yang pernah terjadi pada umat Hindu Tiga kesadaran di atas akan membangun KESADARAN DIRI dan LINGKUNGAN dimana kader KMHDI memahami kelemahan dan kekuatan dirinya dan memahami dengan cara bagaimana kelemahan dan kekuatan tersebut mempengaruhi lingkungannya. Kesadaran diri dan lingkungan juga seharusnya akan membimbing kader KMHDI memahami berbagai hal yang berhubungan dengan dirinya seperti kesukaan, hobi, potensi diri, level emosional, daya tahan mental, batas mampu fisik dll
 Iklan Layanan Masyarakat:
Cara penanaman kesadaran ini adalah dengan cara meyakinkan melalui contoh dan perbuatan, bukan dengan omong kosong, bukan dengan cara paksaan dan bukan dengan tipuan. Omong kosong dan tipuan mungkin bisa menghimpun anggota yang banyak tapi semua itu tidak bisa mempertahankan kesadaran dalam diri anggota. Hanya dengan kesadaran yang timbul dari diri sendiri maka kekuatan moral dan mental untuk bertanggung jawab penuh atas segala tindakan yang dilakukannya dapat dijalankan.
   Apa acuan idealis kaderisasi KMHDI ?
Acuannya adalah sebuah kalimat bermakna dari salah satu pendiri Republik Indonesia yaitu Sutan Sjahrir yang mengatakan :
“Dengan segala peradaban, semua peri kemanusiaan, agama, etika, yang dikatakan dimiliki oleh manusia, tetap dalam diri kita ada unsur kebinatangan yang membuat semua kebudayaan, perikemanusiaan dan agama menjadi bahan tertawaan. Kita tidak boleh menggunakan idiom irasional yang walaupun lebih mudah untuk memikat rakyat, justru akan menjatuhkan rakyat dalam jurang kebodohan. Kita harus mengangkat kesadaran rakyat banyak dari dunia irasional ke tingkat yang rasional, dan mendidik rakyat untuk berpikir dan berbuat secara rasional pula. Metode perjuangan kita harus rasional, sistematis dan terstandarisasi.”.

Perkataan Sutan Syahrir inilah yang menjadi acuan dasar dalam pelaksanaan Sistem Kaderisasi KMHDI dan karena itu dalam mewujudkan bakti bagi agama dan negara, KMHDI memilih untuk menggunakan cara pendidikan melalui gerakan kaderisasi yang rasional, sistematis dan terstandarisasi. Apabila anggota dan pengurus KMHDI bisa konsisten melakukan Sistem Kaderisasi KMHDI dalam jangka panjang maka KMHDI sebagai sebuah organisasi sebenarnya telah secara langsung ikut dalam proses pembangunan bangsa dan tentunya juga mempersiapkan masa depan yang lebih baik bagi umat Hindu Indonesia. Dalam istilah KMHDI inilah yang disebut dengan DHARMA AGAMA dan DHARMA NEGARA.

Tulisan diatas semuanya bersifat mendasar dan berjangka panjang, agar realistis dan tidak mengawang-awang, mari kita turunkan tujuan-tujuan itu ke atas bumi dalam bentuk penjelasan tentang SISTEM KADERISASI KMHDI.

VII. Sistem Kaderisasi KMHDI
Kaderisasi KMHDI bukan hanya berbentuk kegiatan pelatihan yang sekali-sekali diadakan oleh pengurus organisasi seperti MPAB, DMO, Diklat Jurnalistik dll. Tolong diingat baik-baik bahwa kaderisasi di KMHDI mengacu kepada proses yang menekankan contoh dan perbuatan dalam kehidupan sehari-hari dan dalam kehidupan organisasi. Jadi proses kaderisasi KMHDI bukanlah hanya sebentuk kegiatan dimana seorang senior bermonolog dalam sebuah acara resmi seperti Seminar atau Dharma Santi atau MPAB atau kegiatan lainnya

Sistem Kaderisasi KMHDI adalah seluruh proses berorganisasi itu sendiri
Misalnya :
Bagaimana seorang Ketua PC memimpin sebuah kerja bakti di Pura, bisakah dia berkomunikasi dengan baik ? Bisakah dia berkoordinasi dengan baik ?

Atau saat seorang kader PC sakit dan opname di rumah sakit, bisakah pengurus PC dan rekan-rekannya yang lain menunjukkan rasa solidaritas ?

Atau saat seorang Sekretaris PC akan membuat surat tertentu, bisakah dia menunjukkan dan mencontohkan kepada kader yang lain tentang keteladanan administrasi seperti membuat struktur surat yang benar dan melakukan pengarsipan yang baik ?

Atau saat seorang Bendahara PC dalam mengelola keuangan PC, bisa dia menunjukkan sikap yang bertanggungjawab seperti pencatatan dan pengelolaan keuangan yang baik kepada kader-kader yang lain ?

Atau saat seorang kader diberikan tugas tertentu oleh organisasi, bisakah dia menunjukkan kerja yang total dan tanpa pamrih (ngayah) ?

Atau saat seorang kader diundang mengunjungi organisasi lain dan diajak berdiskusi, bisakah dia menunjukkan dan menjunjung nilai-nilai religiusitas, humanisme, nasionalisme dan progresifitas dalam diskusi lintas organisasi itu ?

Petatah petitih dari Mbah Anusbolduburectum :
Jangan takut atau kecewa kalau semua tindakan kita seolah-olah tidak berguna karena misalnya sudah payah-payah melatih seseorang lantas orang itu pergi dari KMHDI.

Lakukanlah yang terbaik yang bisa dilakukan saat ini dan serahkan hasilnya pada waktu dan sejarah untuk menilainya (katanya sih ini nilai Hindu juga, entah benar entah tidak, he, he, he, …). Jangan takut kalau karya kita dilecehkan orang, jangan takut dengan penilaian yang merendahkan, jangan takut dengan hasil yang dirasa mengecewakan. Bukan itu yang penting karena di KMHDI, takutlah kamu apabila kamu tidak lagi berkarya.

Sejelek apapun karyamu, selama itu adalah hasil dari pikiranmu sendiri, kerja dari tanganmu sendiri, hasil gerak kakimu sendiri, maka banggalah dan saya yakin setiap orang yang mengaku KMHDI akan menghargai karya itu. Hanya ada satu hal yang perlu kamu takuti di KMHDI
Yaitu apabila kamu tidak lagi berkarya

Kegiatan-kegiatan seperti MPAB, DMO dan lain-lain adalah semacam tonggak bagi eksistensi organisasi namun jangan salah mengartikan bahwa apabila kepengurusan telah melakukan hal ini lantas proses kaderisasi telah dilaksanakan, bukan, sekali lagi bukan seperti itu, … proses kaderisasi KMHDI termaktub secara inheren dalam seluruh proses berorganisasi dan bukan hanya dalam tonggak-tonggak eksistensi itu. Tolong pahami ini dengan baik karena tanpa praktek lapangan yang sesungguhnya maka  seluruh nilai-nilai yang ditransfer dalam segala macam pelatihan tidak akan ada gunanya.

Di titik inilah, saat ilmu harus bertemu dengan praktek lapangan, filosofi pendidikan Paulo Freire dengan model “Dewasa dan Partisipatif” yang menjadi acuan kaderisasi KMHDI menjadi bermakna. Coba baca kembali filosofi pendidikan Paulo Freire yang menekankan pada istilah PRAXIS. Setiap kader KMHDI seharusnya sadar dan yakin bahwa seluruh ilmu yang diajarkan di KMHDI tidak akan ada gunanya apabila tidak dipraktekkan dan tidak disesuaikan dengan lingkungannya.

Lalu apa bedanya proses kaderisasi yang duduk-duduk di ruangan (MPAB, Seminar, Dharma Santi dll) dengan proses kaderisasi yang praktek langsung di lapangan ?
Dalam terminologi KMHDI,
Yang duduk-duduk itu disebut dengan KADERISASI FORMAL Yang langsung turun ke lapangan seperti kerja bakti di panti asuhan, donor darah, membuat buletin bulanan, diskusi dengan organisasi lain, menyebar proposal cari dana, belajar membuat laporan keuangan organisasi, menjual buku-buku agama di pura dll, disebut dengan KADERISASI INFORMAL Jadi dalam Sistem Kaderisasi KMHDI, ada dua jenis proses kaderisasi yaitu kaderisasi formal dan kaderisasi informal. Kaderisasi formal yang terbaru meliputi dua jenis yaitu :
Kaderisasi wajib yaitu MPAB dan DMO serta praktek DMO Kaderisasi pilihan yang meliputi dua jenis lagi yaitu Kaderisasi Lanjutan dan Diklat Khusus Apabila Sistem Kaderisasi KMHDI dibuat dalam bentuk gambar maka modelnya adalah sebagai berikut :

Sistem Kaderisasi KMHDI

Kaderisasi Formal

Kaderisasi Informal

DMO

Wajib

Pilihan

MPAB

Praktek DMO

Jurnalistik

Diklat Khusus

Tahap 1

Politik

Kewirausahaan

Tahap 2

Tahap 3

Lanjutan

MPAB ++

Pertemanan

Pelibatan

Kepanitiaan

dll
 












Dalam gambar diatas, perhatikan baik-baik bahwa antara Praktek DMO dan Diklat-diklat Khusus dengan Kaderisasi Informal terdapat garis putus-putus yang menghubungkan mereka, anda bisa menebak arti dari garis putus-putus ini kan ? kalau tidak bisa menebak, segera hubungi customer services KMHDI di PC atau PD terdekat, he, he, he, …
Oke, itu dulu tentang Sistem kaderisasi KMHDI yang menekankan pada PRAXIS, pertanyaan selanjutnya adalah :
Bagaimana caranya agar proses kaderisasi yang seabrek-abrek ini dapat dijalankan ?
Ada dua hal yang harus dibenahi agar segala proses ini dapat berjalan.
KMHDI harus punya STRUKTUR (wadah, badan, kegiatan dll) yang kuat dan yang memang dirancang untuk  melaksanakan visi dan misi KMHDI itu KMHDI harus mempersiapkan ISI (materi kaderisasi, ide, nilai-nilai, buku-buku, teknik pelatihan dll) yang akan ditransfer ke kader-kadernya Nah, sekarang kita masuk ke pembahasan tentang STRUKTUR KMHDI (point VIII), baru setelah itu kita akan masuk ke pembahasan tentang ISI KADERISASI KMHDI  (Point IX)

VIII.     Struktur KMHDI Yang dimaksud dengan struktur KMHDI antara lain :
Struktur organisasi KMHDI , di dalamnya ada PP, PD, PC, Departemen, Lembaga Non Departemen, Biro , Komisariat dll Peraturan-peraturan KMHDI seperti Purwaka, AD dan ART, Keputusan PP, Rekomendasi Mahasabha dll Permusyawaratan KMHDI yang isinya antara lain Mahasabha, Lokasabha, Rakernas, Rakorda, Rapimcab, Diskusi bulanan, Rapat panitia dll Alat komunikasi dan koordinasi yang meliputi Garis Instruksi, Garis Koordinasi, Web KMHDI.org, Milis di Yahoo,  Chatting di YM, Jarkom lewat SMS, Ngobrol-ngobrol di Sekretariat, Nongkrong-nongkrong di Pura sambil ngelirik cowok/cewek yang menarik dll Simbol dan atribut – Lambang KMHDI, Bendera KMHDI, Pin KMHDI, Jas KMHDI, Mars KMHDI, Hymne KMHDI dll (kayaknya kita juga butuh Topi KMHDI, ada usulan ?) Pengakuan eksistensi KMHDI yang berupa pengakuan eksistensi dari orang-orang atau organisasi lain seperti :Siapakah pejabat negara yang datang saat pembukaan Mahasabha KMHDI ? Seberapa sering KMHDI masuk berita di koran atau TV ? Seberapa sering KMHDI menerima undangan ikut acara kenegaraan atau kedaerahan ? dll

Pesan Sponsor lagi, tahukah anda hubungan antara struktur dan isi ?
Struktur membuat isi dapat mencapai tujuannya sehingga tanpa wadah yang baik sebuah isi tidak akan pernah mencapai tujuannya
Isi membuat struktur menjadi bermakna sehingga tanpa isi yang cukup baik, struktur hanya akan tinggal menjadi struktur yang kosong tanpa makna

 




Struktur KMHDI ini harus kuat dan sesuai dengan tujuan-tujuan KMHDI namun jangan terkecoh dengan gemerlapnya suasana struktur (ini yang sering terjadi !) dengan semata-mata hanya berfokus kepada struktur KMHDI sehingga segala sumber daya justru dikerahkan semata-mata pada penguatan struktur. Ingat baik-baik bahwa struktur KMHDI ini ada dan diadakan karena ada tujuan-tujuan dibaliknya dan tujuan-tujuan itu adalah :
“Pendidikan dan pelatihan bagi generasi muda Hindu agar siap menjadi pemimpin yang akan memecahkan masalah umat Hindu Indonesia di masa depan”
Inilah tujuan besar kenapa struktur KMHDI itu ada. Untuk memudahkan pengertian dari kader-kader yang lemot (kayaknya yang beginian ada banyak di KMHDI ya ? jia, kak, kak, kak, …) maka berikut ini akan diberikan contoh tentang hubungan antara wadah dan isi :
Teh botol SOSRO
Pernah lihat Teh Botol ?
Yang produksi Sosro itu lho !
Lihat di dalam botolnya, ada cairan coklat kemerahan yang terdiri dari campuran air, gula dan teh yang ditujukan untuk melepas dahaga bagi orang yang meminumnya.
Botol kacanya itu adalah “wadah” (struktur) dan cairan itu adalah “isi”
Tujuan dari “isi” itu adalah untuk menghilangkan dahaga
Jadi “wadah”nya bisa saja diganti dengan kemasan kertas seperti wadah Susu Ultra atau dengan botol plastik seperti wadah Coca-cola atau dengan wadah kaleng alumunium seperti Bir Haiken (ini yang paling sedap, he, he, he, … ) tapi tujuan dari “isi” (cairan) itu tetap saja sama yaitu untuk menghilangkan dahaga.


Apa hubungannya Teh Botol Sosro dengan struktur KMHDI ?

Hubungannya sederhana, yaitu jangan terlalu menghabiskan sumber daya untuk membentuk struktur KMHDI yang glamour, yang penting adalah :
Apakah struktur KMHDI sudah dibuat untuk mencapai tujuan KMHDI ?
Memperkuat struktur KMHDI untuk memudahkan pencapaian tujuan KMHDI tentu adalah sebuah langkah bagus dan rasional tapi membuat struktur menjadi mewah dan berat adalah langkah yang irasional (kecuali kasus khusus tergantung budaya di wilayahnya).
Otre dech, saya mulai bosan ngomong tentang struktur, untuk masalah ini silahkan yang lain menambahkan. Sekarang kita masuk ke inti KMHDI yaitu ISI KADERISASI KMHDI

IX.            Isi Kaderisasi KMHDI Isi kaderisasi KMHDI adalah serangkaian soft skill yang dibutuhkan oleh setiap orang yang memproyeksikan diri untuk menjadi pemimpin di masa depan. Ini bisa berarti pemimpin bagi diri sendiri, bagi keluarga, bagi lingkungan kecil seperti Banjar, RW, komunitas atau bahkan dalam level negara. Soft skill tidak diajarkan atau dilatihkan di sekolah formal karena soft skill bersifat informal namun dalam kehidupan riil penguasaan soft skill adalah penentu bagi kesuksesan seseorang
Soft skill berbeda dengan hard skill karena hard skill adalah skill yang dapat menghasilkan sesuatu yang terlihat dan segera . Contohnya adalah hard skill memasak. Seseorang bisa langsung memperlihatkan hasil masakan dan rasa masakan setelah selesai memasak. Sementara soft skill bersifat tidak terlihat dan tidak segera. Contoh soft skill antara lain: kemampuan beradaptasi, komunikasi, kepemimpinan, pengambilan keputusan, pemecahan masalah, conflict resolution dll. Seorang koki yang hanya berinteraksi dengan kompor, penggorengan, bumbu dll, mungkin bisa membuat masakan yang enak tapi pada saat dia membuka rumah makan dan harus berinteraksi dengan pelanggan dan anak buahnya maka tanpa kemampuan soft skill yang memadai, si mantan koki akan kesulitan dan rumah makan bisa bangkrut
Penelitian di Harvard University, USA, menemukan bahwa kesuksesan seseorang ditentukan oleh sekitar 20% hard skill dan 80% soft skill. Ups !!! apakah anda menguasai hard skill dengan baik namun tidak menguasai soft skill ? oke, bersiap-siaplah untuk jadi pesuruh seumur hidup, he, he, he, …
Terdapat dua jenis Soft skill :
Intrapersonal skill mencakup : self awareness (self confident, self assessment, trait & preference, emotional awareness) dan self skill ( improvement, self control, trust, worthiness, time/source management, proactivity, conscience). Interpersonal skill mencakup : social awareness (political awareness, developing others, leveraging diversity, service orientation, empathy dan social skill (leadership,influence, communication, conflict management, cooperation, team work, synergy) Sebagai bawahan, seseorang  tidak banyak menghadapi masalah yang berhubungan dengan soft skill. Masalah ini baru muncul saat  seseorang berada di posisi pengambil keputusan atau saat harus berinteraksi dengan banyak orang. Semakin tinggi posisi manajerial maka semakin penting penguasaan soft skill karena di posisi ini dibutuhkan kecerdasan emosional untuk berinteraksi dan mengelola orang yang berbeda-beda karakter. Soft skill bukan sesuatu yang sudah jadi dan tidak bisa berubah, kemampuan ini bisa dilatih dan ditingkatkan seiring pengalaman. Cara paling efektif melatih soft skill adalah dengan  learning by doing yang dalam prosesnya berinteraksi dan beraktivitas dengan orang lain.
Di kampus-kampus dan ruang perkuliahan, yang diajarkan adalah hard skill yang berguna bagi kemampuan spesialisasi namun dalam dunia kerja dan hidup yang sesungguhnya soft skill adalah penentu keberhasilan. Untuk mempermudah pengertian atas perbedaan soft skill dan hard skill, berikut akan diberikan tabel perbedaan antara kedua konsep ini :

Soft Skill
Hard Skill
Efek
Jangka panjang
Jangka pendek
Bentuk
Penguasaan emosi
Penguasaan ketrampilan
Wilayah kerja
Komunal/sosial
Individual
Kecerdasan
EQ
IQ
Hasil
Kebiasaan
Keahlian
Penyelesaian masalah
Efektivitas
Efisiensi
Pembentukan
Intra dan interpersonal
Teknis dan akademis

Soft skill adalah kemampuan utama yang dididik dan dilatihkan di KMHDI sehingga dalam jangka panjang, seorang kader KMHDI diharapkan memiliki atribut-atribut mental sebagai berikut :
Keuletan dan daya tahan mental saat berada dalam kondisi sulit Kemampuan mengelola emosi sehingga menjadi produktif Kemampuan berkomunikasi,  berkoordinasi dan bekerjasama Kemampuan berpikir kritis, perduli lingkungan dan multi dimensi Kemampuan bernegosiasi dan kompromi dalam mengatasi konflik Cara agar kader-kader KMHDI bisa mencapai soft skill itu
Pengalaman dipimpin dan memimpin serta dilatih dan melatih Pengalaman lintas vertikal dan lintas horisontal Pengalaman dan kemampuan mengelola organisasi dalam bidang perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan serta evaluasi Pengalaman dan pengetahuan ke Hinduan Pengalaman dan pengetahuan Ke Indonesiaan
Tujuan antara sebelum menjadi pemimpin Hindu di masa depan (tujuan akhir)
Pembentukan karakter kader KMHDI agar mampu berpikir bebas (terbuka), adil dan solider Pembentukan kepercayaan pada kader-kader KMHDI pada kebenaran sistem demokrasi, hukum dan negara Pembentukan jati diri agar kader KMHDI memiliki cara berpikir dan bertindak yang religius, humanis, nasionalis dan progresif Langkah Jangka Pendek membentuk soft skill
Yang harus dilakukan oleh pengurus dan anggota KMHDI dalam jangka pendek adalah mendidik anggota-anggotanya dalam lingkungan yang terkecil dengan materi-materi pendidikan dan pelatihan KMHDI, ini bisa berarti dalam level Komisariat, PC atau PD. Yang terpenting penting adalah mereka harus di didik dengan nilai-nilai KMHDI secara benar (melalui contoh dan tindakan dan bukan hanya omongan) dan dibekali ilmu berorganisasi dengan baik (melalui berbagai pelatihan di MPAB, DMO, Diklat-diklat khusus dll)

X.                           Kesimpulan Tulisan ini cukup panjang jadi kemungkinan kesimpulannya juga panjang, he, he, he,  …. Ya ndak lah, santai saja brur, …. Untuk memudahkan mengambil kesimpulan, pertama kita akan kembali dulu ke judul tulisan ini yaitu :

“Untuk apa saya dan anda berada di KMHDI ?
Pertanyaan ini diuraikan dalam 4 sub pertanyaan yaitu :
Untuk apa saya,anda dan mereka berada dan beraktivitas di KMHDI Untuk apa KMHDI ini ada dan perlu dijaga keberadaannya ? Apa hubungan antara keberadaan KMHDI dengan masa depan umat Hindu Indonesia ? Untuk apa KMHDI memfokuskan kegiatannya pada pendidikan dan pelatihan dalam bentuk kaderisasi ? Berdasarkan tulisan diatas mari kita simpulkan satu persatu jawabannya.
Jawaban 1.
Tujuan kita berada dan beraktivitas di KMHDI adalah untuk mendidik dan melatih diri sendiri serta orang-orang di sekeliling kita dengan kemampuan yang berguna bagi diri sendiri dan bagi orang-orang di sekitar kita

Jawaban 2.
KMHDI ada sebagai jawaban atas kewajiban dharma agama dan dharma negara mahasiswa Hindu Indonesia, kewajiban ini harus dilaksanakan agar masalah kita sebagai bangsa yang dihinakan dan dibodohi dapat ditanggulangi dan masalah umat Hindu Indonesia yang terjepit di segala sisi juga dapat dibereskan

Jawaban 3.
KMHDI adalah aset umat Hindu Indonesia karena di KMHDI para calon pemimpin Hindu di masa depan akan dididik dan dilatih. Tanpa keberadaan KMHDI, masa depan umat Hindu Indonesia akan menjadi suram

Jawaban 4.
Kaderisasi KMHDI yang berfokus kepada pendidikan dan pelatihan ditujukan untuk membekali kader KMHDI dengan kemampuan soft skill yang diperlukan untuk kesuksesan kader KMHDI di masa depan sebagai pemimpin-pemimpin umat Hindu.

Nah sekarang mari kita jawab judul tulisan ini :
Jawaban final :


Saya dan anda berada di KMHDI adalah untuk mendidik dan melatih diri sendiri dan orang-orang di sekitar kita dengan kemampuan soft skill yang tidak didapatkan di bangku kuliah namun bisa di dapatkan dari pendidikan, pelatihan dan praktek berorganisasi di KMHDI. Tujuan kita mendidik dan melatih diri adalah agar memiliki kemampuan kepemimpinan sehingga di masa depan, saya dan anda akan siap menjadi pemimpin umat Hindu Indonesia yang bisa melaksanakan dharma agama dan dharma negara.
 













Ya, itu saja, sederhana ya ?
Kedengarannya sih sederhana tapi coba lakukan secara konsisten dengan pikiran, tangan dan kaki kita sendiri, pasti deh rasanya bikin lumayan gempor, he, he, he, …

Okeh, … itu saja dulu dari DJ Anusbolduburectum, semoga tulisan ini berguna bagi senior-senior KMHDI yang sedang kehilangan orientasi
(mau dibawa kemana organisasi ini ?)
dan juga bagi junior-junior KMHDI yang bertanya-tanya dalam hati
(ngapain saya ikut-ikutan organisasi ini ?)
Semoga berguna

Cukup sekian seriusnya, sekarang kita putar lagi lagu jeb-ajeb-ajeb dari Anthem Groove, … God Is A Girl, … tet, tet, to, tet, to tet, to, tet, Remembering me , … ampun DJ !!!!!!!!

Salam Jeb-ajeb dengan irama Tri Sandya
Anusbolduburectum

Rabu, 21 September 2011

Kekuatan Berpikir Positif

Berpikir positif merupakan sikap mental yang melibatkan proses memasukan pikiran-pikiran, kata-kata, dan gambaran-gambaran yang konstruktif (membangun) bagi perkembangan pikiran anda. Pikiran positif menghadirkan kebahagiaan, sukacita, kesehatan, serta kesuksesan dalam setiap situasi dan tindakan anda. Apapun yang pikiran anda harapkan, pikiran positif akan mewujudkannya. Jadi berpikir positif juga merupakan sikap mental yang mengharapkan hasil yang baik serta menguntungkan.
Tidak semua orang menerima atau mempercayai pola berpikir positif. Beberapa orang menganggap berpikir positif hanyalah omong kosong, dan sebagian menertawakan orang-orang yang mempercayai dan menerima pola berpikir positif. Diantara orang-orang yang menerima pola berpikir positif, tidak banyak yang mengetahui cara untuk menggunakan cara berpikir ini untuk memperoleh hasil yang efektif. Namun, dapat dilihat pula bahwa semakin banyak orang yang menjadi tertarik pada topik ini, seperti yang dapat dilihat dari banyaknya jumlah buku, kuliah, dan kursus mengenai berpikir positif. Topik ini memperoleh popularitas dengan cepat.
Kita sering mendengar orang berkata: “Berpikirlah positif!”, yang ditujukan bagi orang-orang yang merasa kecewa dan khawatir. Banyak orang tidak menganggap serius kata-kata tersebut, karena mereka tidak mengetahui arti sebenarnya dari kata-kata tersebut, atau menganggapnya tidak berguna dan efektif. Berapa jumlah orang yang anda kenal, yang memiliki waktu untuk memikirkan kekuatan dari berpikir positif?
Cerita berikut mengilustrasikan bagaimana kekuatan berpikir positif bekerja:
Beno mengajukan lamaran kerja, namun kepercayaan dirinya rendah, dan dia menganggap dirinya gagal dan tidak layak memperoleh kesuksesan, ia merasa yakin bahwa ia tidak akan memperoleh pekerjaan tersebut. Ia memiliki pikiran negatif terhadap dirinya sendiri, dan percaya bahwa calon pegawai yang lain lebih baik dan lebih memenuhi syarat dibandingkan dirinya. Beno memperoleh sikap ini karena pengalaman buruk yang ia peroleh dari wawancara pekerjaan yang telah ia ikuti sebelumnya.
Pikirannya dipenuhi dengan pikiran-pikiran negatif dan rasa takut atas pekerjaan tersebut selama satu minggu penuh sebelum ia akan diwawancara. Ia yakin ia akan ditolak. Pada hari wawancara ia bangun terlambat, rasa takutnya menjadi kenyataan. Ia mendapati kemeja yang akan ia kenakan kotor, dan kemejanya yang lain harus disetrika. Dan karena ia sudah terlambat, ia memutuskan untuk mengenakan kemeja yang kusut.
Selama wawancara, ia merasa tegang, menunjukkan sikap negatif, khawatir mengenai kemejanya, dan merasa lapar karena ia tidak memiliki cukup waktu untuk sarapan. Semua hal ini menyebabkan pikirannya teralihkan dan sulit baginya untuk fokus pada wawancara. Sikapnya secara keseluruhan menimbulkan kesa yang buruk, dan sebagai akibatnya rasa takutnya menjadi kenyataan dan tidak memperoleh pekerjaan tersebut.
Budi juga mengajukan lamaran atas pekerjaan yang sama, namun ia menyikapinya secara berbeda. Ia merasa yakin bahwa ia akan memperoleh pekerjaan tersebut. Satu minggu sebelum wawancara, ia sering memvisualisasikan dirinya memperoleh pekerjaan tersebut.
Malam hari sebelum wawancara, ia menyiapkan pakaian yang akan ia kenakan dan tidur lebih awal dari biasanya. Pada hari wawancara, ia bangun lebih awal dari baiasanya, sehingga ia memiliki cukup waktu untuk sarapan, lalu tiba di tempat wawancara sebelum jadwal.
Ia memperoleh pekerjaan tersebut karena ia berpikir positif terhadap hal-hal yang ia lakukan. Tentunya ia juga memenuhi persyaratan untuk memperoleh pekerjaan tersebut, sama halnya dengan Beno.
Apa yang bisa kita pelajari dari dua cerita tersebut? Apakah ada sihir yang digunakan dalam cerita tersebut? Tidak, semuanya merupakan hal yang alami. Jika kita memiliki sikap yang positif, sikap-sikap tersebut akan menghasilkan perasaan-perasaan yang positif, gambaran-gambaran yang konstruktif, dan kita akan melihat dalam mata pikiran kita apa yang kita inginkan. Hal ini akan memberikan pencerahan, lebih banyak kekuatan, dan kebahagiaan. Diri anda juga akan memancarkan kebaikan, kebahagiaan, dan kesuksesan. Bahkan pikiran positif juga akan memberikan beragam manfaat bagi kesehatan anda. Kita berjalan tegak dan suara kita lebih berwibawa. Bahasa tubuh kita menunjukkan perasaan kita.

Pikiran Positif dan Negatif Menular

Setiap dari kita mempengaruhi orang-orang yang kita temui, baik secara langsung maupun tidak langsung. Hal ini terjadi secara naluriah, dalam pikiran bawah sadar anda, yang terpancar melalui pikiran dan perasaan, serta bahasa tubuh kita. Orang di sekeliling kita dapat merasakan aura kita dan dipengaruhi oleh pikiran kita, juga sebaliknya. Wajarkah jika kita ingin berada di sekitar orang-orang yang positif dan menghindari orang-orang yang negatif? Orang lebih tergerak untuk membantu kita jika kita bersikap positif, dan mereka tidak menyukai dan menghindari siapapun yang bersikap negatif.
Pikiran-pikiran, kata-kata, dan sikap negatif akan menghasilkan mood serta tindakan yang negatif dan tidak menyenangkan. Semua hal ini akan berujung pada kegagalan, frustrasi, dan kekecewaan.

Instruksi-Instruksi Praktis

Untuk merubah pikiran anda menjadi positif, diperlukan latihan dan kemauan untuk merubah diri anda karena sikap dan pola pikir tidak dapat berubah dalam sekejap.
Simaklah topik berikut, pikirkan keuntungan yang akan anda peroleh dan ajaklah diri anda untuk mencobanya. Kekuatan pikiran merupakan kekuatan dahsyat yang selalu membentuk kehidupan kita. Proses pembentukkan biasanya dilakukan di dalam pikiran bawah sadar kita, namun sangatlah mungkin untuk melakukan proses tersebut secara sadar. Meskipun usulan tersebut terdengar cukup aneh; cobalah untuk melakukannya, karena anda tidak akan merasa rugi; sebaliknya anda akan memperoleh banyak hal. Acuhkan apapun pendapat orang lain tentang diri anda ketika anda mengubah pola pikir anda.
Selalu visualisasikan situasi yang menguntungkan dan bermanfaat bagi anda. Gunakan kata-kata positif dalam suara hati anda atau ketika anda berbicara dengan orang lain. Tersenyumlah sedikit lebih banyak, karena senyuman akan membantu anda untuk berpikir lebih positif. Abaikan perasaan malas atau keinginan untuk berhenti. Jika anda bertahan, anda akan berubah pola pikir anda.
Saat pikiran negatif memasuki pikiran anda, anda harus mewaspadainya dan menggantikan pikiran tersebut dengan pikiran yang lebih konstruktif. Pikiran negatif akan mencoba memasuki pikiran anda lagi, dan sekali lagi anda harus menggantikannya dengan pikiran positif. Seakan-akan anda dua gambar di depan anda, dan anda memilih untuk melihat salah satu gambar tersebut dan mengabaikan gambar yang lain.
Jika tiba-tiba merasakan perlawanan dari dalam diri anda ketika anda berusaha mengganti pikiran-pikiran negatif tersebut, jangan menyerah. Tetap fokuskan diri anda pada pikiran-pikiran yang positif dan menyenangkan.
Terlepas dari keadaan anda saat ini, berusahalah untuk berpikirlah positif. Pikirkan hasil serta situasi yang menguntungkan anda, dan keadaan akan berubah sesuai dengan pikiran anda. Perubahan ini tentunya membutuhkan waktu, namun pada akhirnya perubahan akan terjadi.
Metode lain yang bisa anda lakukan adalah melakukan afirmasi berulang kali. Afirmasi merupakan metode yang menyerupai visualisasi, secara lebih kreatif, dan keduanya bisa digunakan secara bersamaan.

pentingnya Peptisida nabati ramah lingkungan


Peneliti dari Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jawa Timur  melakukan pengkajian terhadap beberapa jenis tanaman maupun biji  sehingga dapat dimanfaatakan sebagai pestisida nabati. Biji srikaya mengandung bahan aktif asetogenin dan squamosin untuk sasaran hama ulat maupun hama penghisap polong. Sedangkan biji mahoni mengandung bahan aktif swietenin dan limonoid dapat menghambat perkembangbiakan ulat, hama penghisap, penyakit karat pada daun kopi.
Cara kerja pestisida nabati ini adalah dapat mengendalikan serangga hama dan penyakit melalui cara kerja yang unik, yaitu dapat melalui perpaduan berbagai cara atau secara tunggul. Cara kerja yang sangat spesifik yaitu merusak perkembangan telur, larva dan pupa, penolak makan, mengurangi nafsu makan, menghambat reproduksi serangga betina dll.
Keunggulannya adalah biaya yang murah karena mudah didapat, relatif aman bagi lingkungan, tidak menyebabkan keracunan pada tanaman, tidak menimbulkan kekebalan pada hama, kompatible bila digabungkan dengan cara pengendalian lain dan yang tidak kalah pentingnya adalah hasil pertanian yang sehat dan bebas residu pestisida.
Sedangkan kelemahannya adalah daya kerja relatif lambat, tidak membunuh langsung ke jasad sasaran, tidak tahan terhadap sinar matahari, kurang praktis, tidak tahan disimpan dan penyemprotan dilakukan secara berluang-ulang

Senin, 28 Maret 2011

pentingnya SDM yang BERKUALITAS

Pendahuluan
Pendidikan dan guru adalah ibarat sekeping mata uang logam yang saling berkaitan satu sama lain. Kita bisa mengkajinya secara terpisah tapi harus melihatnya  sebagai satu kesatuan. Sejarah pendidikan di berbagai negara telah memberikan bukti kuat bahwa kompetensi seorang guru begitu mempengaruhi terhadap output yang dihasilkan. Framework berfikir bahwa sentuhan psikologis yang dimiliki oleh seorang pendidik akan membawa efek positif yang mampu mempengaruhi seorang anak didik untuk mau belajar secara intensif dan memiliki rasa percaya diri dalam beadaptasi dengan teman-temannya.
Kompetensi yang dimiliki oleh seorang guru adalah tidak lahir begitu saja, namun itu diperoleh dengan proses waktu yang lama dan penggemblengan yang intensif, seperti dari banyaknya referensi yang dibaca dan luasnya experience (pengalaman) yang dimiliki. Referensi dan experience itulah yang membawa seorang pendidik ke arah yang dimaksud yaitu menghadirkan lulusan-lulusan atau SDM yang siap berkompetisi baik ditingkat nasional dan internasional.
1.    Profesionalisme Guru
Merencanakan suatu pendidikan masa depan yang baik adalah dengan membangun dan meningkatkan kualitas guru. Membangun dan meningkatkan kualitas guru artinya mengarahkan para guru pada profesionalitas yang diharapkan (actual profesionality).  Pekerjaan seorang guru adalah sebuah profesi yang mulia, yaitu mulia disisi manusia dan mulia disisi Tuhan, karena guru mengemban amanah sesuai dengan Pembukaan Undang-undang Dasar 1945 yaitu “…turut serta dalam usaha mencerdaskan kehidupan bangsa.”
Menurut Endang Komara, (2006:1) guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.
Adapun pengertian profesi Mc Cully (dalam A.Tabrani Rusyan 1992:4) mengatakan “Profesi adalah a vocation an wich profesional knowledge of some departement a learning science is used in its application to the of other or in the practice of an art found it”. Sedangkan pengertian profesionalime,  Freidson (dalam Syaiful Sagala, 2000:199) berpendapat bahwa, “profesionalisme adalah sebagai komitmen untuk ide-ide profesional dan karir”.
Dengan begitu dapat kita mengerti sebuah profesi pekerjaan untuk menjadi professional dituntut untuk mampu memiliki kualitas intelektual dan kemahiran yang sesuai dengan standar mutu yang disyahkan oleh lembaga yang bersangkutan, serta lebih jauh siap mempertanggungjawabkan pekerjaan tersebut dengan cara-cara yang professional pula. Sikap professional saat ini dikenal dengan istilah management professional, maka dengan begitu guru professional adalah seorang guru yang menerapkan konsep management professional dalam menjalankan aktivitas kehidupannya, begitu pula sebaliknya jika seorang guru tidak menerapkan konsep management professional maka artinya guru yang bersangkutan tidak professional.
Hubungan antara professional dan profesi dalam konteks pekerjaan Wina Sanjaya (2005:142-143):  mengatakan :
1)    Pekerjaan profesional ditunjang oleh suatu ilmu tertentu secara mendalam yang hanya mungkin didapatkan dari lembaga pendidikan yang sesuai, sehingga kinerjanya didasarkan kepada keilmuan yang dimilikinya yang dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah;
2)    Suatu profesi menekankan kepada suatu keahlian dalm bidang tertentu yang spesifik sesuai dengan jenis profesinya, sehingga antara profesi yang satu dengan yang lainnya dapat dipisahkan secara tegas;
3)    Tingkat kemampuan dan keahlian suatu profesi didasarkan kepada latar belakang pendidikan yang dialaminya yang diakui oleh masyarakat, sehingga semakin tinggi latar belakang pendidikan akademik sesuai dengan profesinya, semakin tinggi pula tingkat keahliannya dengan demikian semakin tinggi pula tingkat penghargaan yang diterimanya;
4)    Suatu profesi selain dibutuhkan oleh masyarakat juga memiliki dampak terhadap sosial kemasyarakatan, sehingga masyarakat memiliki kepekaan yang sangat tinggi terhadap efek yang ditimbulkan dari pekerjaan profesinya. Sebagai suatu profesi, kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru, yaitu kompetensi pribadi, kompetensi profesional dan kompetensi sosial kemasyarakatan.
Pekerjaan seorang guru adalah sebuah pekerjaan yang berprofesi khusus (special profesion) yaitu mendidik dan mengayomi seorang anak didik dari kondisi tidak mengerti atau kurang mengerti kearah yang lebih baik. Penegasa pekerjaan guru adalah sebuah pekerjaan yang khusus juga ditegaskan dalam UU Guru pasal 5 ayat (1) dikatakan bahwa profesi guru dan dosen merupakan bidang pekerjaaan khusus yang memerlukan prinsip-prinsip professional. Karena kita melihat pekerjaan seorang guru adalah sangat spesifik atau khusus maka untuk mendorong kearah spesialisasi  yang lebih dalam adalah dengan mensertifikasikan para guru secara profesional.
Salah satu kebijakan pemerintah dalam hal ini Departement Pendidikan untuk meningkatkan dan menerapkan suatu management profesional bagi para guru di Indonesia adalah dengan mengharuskan para guru memiliki dan mengikuti sertifikasi guru. Dalam pasal 1 butir (11) UUGD (Undang-undang Guru dan Dosen) disebutkan  bahwa sertifikasi adalah proses pemberian sertifikat pendidik kepada guru dan dosen.
Tentunya bagi seorang guru yang menginginkan terjadinya peningkatan kompetensi akdemik akan mempersiapkan diri secara utuh untuk memperoleh sertifikasi tersebut. Dalam salinan pada lampiran peranturan menteri pendidikan nasional nomor 27 tahun 2008  tentang standar kualifikasi akademik dan kompetensi konselor dijelaskan bahwa kompetensi akademik merupakan landasan bagi pengembangan kompetensi profesional, yang meliputi:
(a)    memahami secara mendalam konseli yang dilayani,
(b)    menguasai landasan dan kerangka teoretik bimbingan dan konseling,
(c)    menyelenggarakan pelayanan bimbingan dan konseling yang memandirikan, dan
(d)    mengembangkan pribadi dan profesionalitas konselor secara berkelanjutan.
Didepan anak didiknya seorang guru terposisikan dirinya sebagai key person (pemegang kunci).  Menurut Hasibuan (1986:41-42) sebagai key person guru harus melaksanakan perilaku-perilaku mengenai:
(1)    kejelasan dalam menyampaikan informasi secara verbal maupun non verbal,
(2)    kemampuan guru dalam membuat variasi tugas dan tingkah lakunya,
(3)    sifat hangat dan antusias guru dalam berkomunikasi,
(4)    perilaku guru yang berorientasi pada tugasnya saja tanpa merancukan dengan hal-hal yang bukan merupakan tugas keguruannya,
(5)    kesalahan guru dalam menggunakan gagasan-gagasan yang dikemukakan siswa dan pengarahan umum secara tidak langsung,
(6)    perilku guru yang berkaitan dengan pemberian kesempatan kepada siswanya dalam mempelajari tugas yang ditentukan,
(7)    perilaku guru dalam memberikan komentar-komentar yang terstruktur,
(8)    perilaku guru dalam menghindari kritik yang bersifat negatif terhadap siswa,
(9)    perilaku guru dalam membuat variasi keterampilan bertanya,
(10)    kemampuan guru dalam menentukan tingkat kesulitan pengajarannya, dan
(11)    kemampuan guru mengalokasikan waktu mengajarnya sesuai dengan alokasi waktu-waktu dalam perencanaan satuan pelajaran.

SEPUTARAN PEMIMPIN

SEPUTARAN PEMIMPIN


Kalau engkau ingin jadi pemimpin
Sanggupkah engkau menjadi ayah?
Bertanggung jawab kepada mereka?
Kalau engkau suka menjadi pemimpin
Sanggupkah engkau menjadi ibu tempat bermanja-manja?
Jika engkau hendak menjadi pemimpin
Sanggupkah engkau menjadi guru kepada mereka?
Dapat memberi didikan dan ilmu
Jika engkau ingin menjadi pemimpin
Sanggupkah engkau menjadi kawan yang setia?
Kapan saja dapat memberi pertolongan dan bantuan kepada mereka?
Jika engkau ingin menjadi pemimpin
Artinya engkau sanggup jadi ayah, jadi ibu, jadi guru, jadi kawan setia
Kalau manusia paham kedudukan pemimpin
Kepemimpinan tidak akan jadi rebutan di kalangan manusia
Bahkan kalau orang memintanya pun dia akan menolaknya
Kecuali tidak dapat dielakkan kerana kehendak orang banyak
Sekarang kepemimpinan menjadi rebutan dan buruan
Bukan ingin menjadi watak-watak manusia yang kita sebutkan
Tapi di sana ada kepentingan dan keuntungan
Kerana itulah dunia hari ini huru-hara
Dikarenakan pemimpin yang tidak bertanggung jawab dan
mementingkan diri
Oleh itulah pemimpin hari ini dicaci-maki oleh rakyat