BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Manusia atau orang dapat diartikan berbeda-beda
dari segi biologis,
rohani,
dan istilah kebudayaan,
atau secara campuran. Secara biologis, manusia diklasifikasikan sebagai Homo sapiens
(Bahasa Latin
yang berarti "manusia yang tahu"), sebuah spesies primata
dari golongan mamalia
yang dilengkapi otak
berkemampuan tinggi. Dalam hal kerohanian, mereka dijelaskan menggunakan konsep
jiwa
yang bervariasi di mana dalam agama, dimengerti dalam
hubungannya dengan kekuatan ketuhanan atau makhluk hidup;
dalam mitos,
mereka juga seringkali dibandingkan dengan ras lain. Dalam antropologi
kebudayaan, mereka dijelaskan berdasarkan penggunaan bahasanya, organisasi mereka
dalam masyarakat majemuk
serta perkembangan teknologinya,
dan terutama berdasarkan kemampuannya untuk membentuk kelompok dan lembaga
untuk dukungan satu sama lain serta pertolongan.
Pada hakikatnya manusia adalah makhluk beragama.
Beragama merupakan kebutuhan manusia karena manusia adalah makhluk yang lemah
sehingga memerlukan tempat bertopang. Manusia memerlukan agama untuk
keselamatan hidupnya. Dapat dikatakan bahwa agama menjadi sandaran vertikal
manusia. Manusia dapat menghayati agama melalui proses pendidikan manusia.
Pemerintah dengan berlandaskan pada GBHN memasukkan pendidikan agama ke dalam
kurikulum di sekolah mulai dari SD sampai dengan perguruan tinggi.
Dalam konsep Hindu, manusia pertama
adalah Svambhu, yang artinya makhluk berpikir pertama yang menjadikan dirinya
sendiri. Secara etimologi kata manusia berasal dari kata manu yang artinya
pikiran atau berpikir, dalam bentuk genetif menjadi kata “manusya”, artinya ia
yang berpikir atau menggunakan pikirannya. Menurut konsep Hindu, manusia adalah
kesatuan antara badan jasmani dan jiwa (atman) menjadikan ia secara psikopisik
terus berkembang. Secara kosmologis, manusia ( yang berupa kesatuan jiwa badan
jasmaninya ) yang sering disebut mikrokosmos ( bhuana alit ) yang merupakan
perwujudan dari makrokosmos ( bhuana agung ). Manusia juga dikatakan sebagai
makhluk Tri Pramana karena memiliki tiga kemampuan utama yaitu berpikir,
berkata dan berbuat, yang menyebabkan ia berbeda dengan makhluk lainnya. Dengan
kemampuan berpikir, berkata dan berbuat, manusia melakukan perbuatan baik dan
perbuatan buruk yang disebut subha asubha karma. Dengan mengutamakan perbuatan
baik yang disebut subha karma inilah manusia mampu menolong dirinya sendiri,
mengangkat dirinya dari kesengsaraan. Inilah keistimewaan lahir menjadi
manusia. Dimana tidak dimiliki oleh makhluk lain selain manusia. Secara umum
manusia senang pada keindahan, baik itu keindahan alam maupun seni, dan yang
merupakan musuh besar manusia menurut agama Hindu yang disebut Sad Ripu. Sad
Ripu ini berada di dalam diri setiap manusia dimana sifat – sifat tersebut akan
mempengaruhi watak dan perilaku manusia. Itulah sebabnya watak dan
perilaku manusia berbeda antara satu dengan yang lainnya. Sad Ripu tidak bisa
kita hilangkan karena begitu melekat dalam diri manusia. Satu – satunya cara
adalah dengan mengendalikannya. Untuk itu, kita harus bisa mengendalikan sifat
tersebut agar nantinya kita mendapat ketenangan di dalam diri. Jika hati kita
tenang, maka pikiran pun akan tenang untuk menghasilkan pemikiran – pemikiran
yang jernih. Dari pemikiran yang jernih kita senantiasa akan berkata dan berbuat
yang baik.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun
Rumusan masalah makalah ini adalah bagaimana hakikat manusia menurut Hindu?.
1.3 Tujuan dan manfaat
Tujuan penulisan
makalah ini adalah ingin mengetahui hakikat manusia menurut Hindu. Sedangkan
manfaat penulisan makalah ini adalah dapat mengetahui hakikat manusia menurut
Hindu.
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Manusia Menurut Hindu
Manusia
pertama adalah Svambhu, yang artinya makhluk berpikir pertama yang menjadikan
dirinya sendiri. Secara etimologi kata manusia berasal dari kata manu yang
artinya pikiran atau berpikir, dalam bentuk genetif menjadi kata “manusya”,
artinya ia yang berpikir atau menggunakan pikirannya. Menurut konsep Hindu,
manusia adalah kesatuan antara badan jasmani dan jiwa (atman) menjadikan ia
secara psikopisik terus berkembang. Secara kosmologis, manusia ( yang berupa
kesatuan jiwa badan jasmaninya ) yang sering disebut mikrokosmos ( bhuana alit
) yang merupakan perwujudan dari makrokosmos ( bhuana agung ). Manusia juga
dikatakan sebagai makhluk Tri Pramana karena memiliki tiga kemampuan utama
yaitu berpikir, berkata dan berbuat, yang menyebabkan ia berbeda dengan makhluk
lainnya. Dengan kemampuan berpikir, berkata dan berbuat, manusia melakukan
perbuatan baik dan perbuatan buruk yang disebut subha asubha karma. Dengan
mengutamakan perbuatan baik yang disebut subha karma inilah manusia mampu
menolong dirinya sendiri, mengangkat dirinya dari kesengsaraan. Inilah
keistimewaan lahir menjadi manusia. Dimana tidak dimiliki oleh makhluk lain
selain manusia.
Secara umum manusia senang pada
keindahan, baik itu keindahan alam maupun seni, dan yang merupakan musuh besar
manusia menurut agama Hindu yang disebut Sad Ripu. Sad Ripu ini berada di dalam
diri setiap manusia dimana sifat – sifat tersebut akan mempengaruhi watak dan
perilaku manusia. Itulah sebabnya watak dan perilaku manusia berbeda
antara satu dengan yang lainnya. Sad Ripu tidak bisa kita hilangkan karena
begitu melekat dalam diri manusia. Satu – satunya cara adalah dengan
mengendalikannya. Untuk itu, kita harus bisa mengendalikan sifat tersebut agar
nantinya kita mendapat ketenangan di dalam diri. Jika hati kita tenang, maka
pikiran pun akan tenang untuk menghasilkan pemikiran – pemikiran yang jernih.
Dari pemikiran yang jernih kita senantiasa akan berkata dan berbuat yang baik.
2.2 Manusia Konsep Hindu
Konsep Hindu mengatakan bahwa
manusia terdiri dari 2 unsur, yaitu jasmani dan rohani. Jasmaninya adalah
badan, tubuh manusia sedangkan rohani merupakan hakekat Tuhan yang abadi,
kekal, yang disebut dengan Atman. Manusia memiliki 3 lapisan badan yang disebut
Tri Sarira yang terdiri dari Stula Sarira, Suksma Sarira, dan Anta Karana
Sarira. Stula Sarira atau raga manusia dalam konsep Hindu terdiri dari
unsur-unsur Panca Maha Bhuta yaitu Pertiwi, Apah, Teja, Bayu, Akasa. Tubuh
manusia merupakan Bhuana Alit atau Bhuana Sarira. Proses terbentuknya pun sama
seperti proses terjadinya Bhuana Agung atau alam semesta. Sedangkan Suksma
Sarira yaitu badan halus yang terdiri 3 unsur yang disebut Tri Antahkarana
terdiri dari manas atau alam pikiran, Buddhi atau kesadaran termasuk didalamnya
intuisi dan Ahamkara atau keakuan atau ego. Dalam Suksma Sarira terdapat unsur
halus dari Panca Maha Bhuta yang disebut Panca Tan Matra yaitu ; Sabda, Sparsa,
Rupa, Rasa, Gandha membentuk berbagai indra ( Panca Buddhindriya dan Panca
Karmendriya). Sedangkan Anta Karana Sarira merupakan unsur rohani yaitu
jiwatman sendiri yang sifatnya sama seperti paramaatman, kekal abadi.
Manusia secara harpiah, berasal dari kata manu yang artinya mahluk yang berpikir. Jadi manusia merupakan mahluk yang telah dibekali salah satu kelebihan dibandingkan mahluk lainnya. Dalam Hindu terdapat konsep Tri Pramana, yang terdiri dari Bayu, Sabda , Idep. Tumbuhan hanya memiliki bayu atau tenaga untuk tumbuh, sedangkan binatang memiliki bayu dan sabda dimana binatang memiliki tenaga untuk bertumbuh, berkembang dan mengeluarkan suara, sedangkan manusia memiliki ketiganya. Pikiran hanya dimiliki oleh manusia yang telah dibekali sejak dilahirkan. Dengan memiliki pikiran maka diharapkan manusia mempunyai wiweka mampu membedakan mana yang baik dan buruk. Pikiran dipakai berpikir terlebih dahulu sebelum melakukan tindakan. Manusia juga dengan pikirannya diharapkan mengetahui asal, tujuan dan tugas serta kewajibannya. Dengan mengetahui hal ini maka pola hidup serta cara pandangnya terhadap kehidupan akan mampu mengilhami setiap tindakannya sehingga tetap berada pada jalur yang benar, sesuai etika dan ajaran-ajaran dharma yang telah diungkapkan dalam ajaran agama. Namun manusia juga termasuk makhluk yang lemah, karena tidak seperti binatang yang lahir begitu saja langsung bisa berdiri, terbang, berjalan tanpa memerlukan bantuan dari yang lain. Maka hendaknya ini dipahami terlebih dahulu untuk mengetahui dan dapat memisahkan esensi dari raga ini yang terpisah dengan atman yang sejati.
Manusia secara harpiah, berasal dari kata manu yang artinya mahluk yang berpikir. Jadi manusia merupakan mahluk yang telah dibekali salah satu kelebihan dibandingkan mahluk lainnya. Dalam Hindu terdapat konsep Tri Pramana, yang terdiri dari Bayu, Sabda , Idep. Tumbuhan hanya memiliki bayu atau tenaga untuk tumbuh, sedangkan binatang memiliki bayu dan sabda dimana binatang memiliki tenaga untuk bertumbuh, berkembang dan mengeluarkan suara, sedangkan manusia memiliki ketiganya. Pikiran hanya dimiliki oleh manusia yang telah dibekali sejak dilahirkan. Dengan memiliki pikiran maka diharapkan manusia mempunyai wiweka mampu membedakan mana yang baik dan buruk. Pikiran dipakai berpikir terlebih dahulu sebelum melakukan tindakan. Manusia juga dengan pikirannya diharapkan mengetahui asal, tujuan dan tugas serta kewajibannya. Dengan mengetahui hal ini maka pola hidup serta cara pandangnya terhadap kehidupan akan mampu mengilhami setiap tindakannya sehingga tetap berada pada jalur yang benar, sesuai etika dan ajaran-ajaran dharma yang telah diungkapkan dalam ajaran agama. Namun manusia juga termasuk makhluk yang lemah, karena tidak seperti binatang yang lahir begitu saja langsung bisa berdiri, terbang, berjalan tanpa memerlukan bantuan dari yang lain. Maka hendaknya ini dipahami terlebih dahulu untuk mengetahui dan dapat memisahkan esensi dari raga ini yang terpisah dengan atman yang sejati.
2.3 Tujuan Hidup Manusia Menurut Agama
Hindu
2.4 Tugas dan
Kewajiban sebagai Manusia Hindu
MARTABAT
MANUSIA HINDU.
Martabat manusia selalu dikaitkan dengan penguasaan
mereka pada masalah keimanan dan ketaqwaan mereka kepada Sang Hyang Widi Wasa,
maupun masalah penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sehingga tingkatan
mastabat manusia Hindu, juga dilihat
dari masalah tersebut seperti : tingkat pendidikan dikaitkan dengan penguasaan
ilmu dan pengetahuan dan teknologi; Profesi, swadarma dalam implementasi ilmu
pengetahuan dan teknologi di masyarakt; Peran dalam hidup bermasyarakat; dan
penguasaan serta implementasi keimanan dan ketaqwaan dalam kehidupan
bermasyarakat.
Dan semua yang dilakukan oleh manusia Hindu pada
umumnya untuk pencapaian tujuan hidup manusia itu sendiri yaitu Catur Purusa
Artha, meliputi : Dharma, Artha, Kama, Mokhsa. Dharma menjadi dasar dan pedoman
kita dalam menunaikan tugas hidup kita sebagai manusia, yang dilahirkan kembali
diberikan kesempatan untuk memperbaiki taraf hidupnya.
Dharma, adalah ajaran-ajaran agama yang menjadi
pedoman dalam kita mengarungi samudera kehidupan ini, memilha dan memilih mana
yang boleh dan mana yang patut dihindari dalam kehidupan ini, karena tuntunan
moral maupun tuntunan agama.
Artha merupakan kebutuhan pokok manusia, arta dalam
hal ini adalah arta untuk memenuhi kebutuhan pokok, kebutuhan pangan, kebutuhan
sandang, dan kebutuhan pisiologis lainnya. Dan semua aktivitas keagamaan pun
tidak terlepas dari kebutuhan arta ini.
Kama, merupakan kepuasan, kenikmatan, merupakan suatu
kondisi yang memotivasi manusia untuk rajin, giat dalam melaksanakan tugasnya.
Pencarian atau pencapaian kama ini lebih banyak memerlukan artha, sehingga
untuk menuju kama ini manusia akan selalu termotivasi untuk mengumpulkan artha.
Tapi tentu tidak dapat lepas dari tuntunan dharma atau agama di dalam
mencari artha maupun kama ini, sehingga sebagai dasar dan pedoman dalam
mengumpulkan artha dan mencari kepuasan ini adalah dharma itu sendiri.
Sebagai tujuan akhir dari hidup manusia Hindu adalah
Mokhsa, yaitu menyatunya atman dengan brahman saat orang itu meningggal dunia.
Ada dua jalan dalam menuju ke arah tujuan tersebut,
yaitu : (1) jalan prajapati, dan (2)
jalan yoga. Jalan prajapati ternagi atas 3 jenis jalan, yaitu : Jnana marga,
Karma marga, dan Bakti marga. Sedangkan jalan yoga ada hanya satu jalan yaitu :
yoga marga. Keempat jalan ini sering
juga kita kenal dengan catur marga, sehingga pembagiannya menjadi : (1) Jnana
Marga, (2) Karma Marga, (3) Bakti Marga, dan (4) Yoga Marga.