I.
Pengantar
Tulisan ini adalah sebuah penjelasan tentang untuk apa seseorang perlu
berada dan beraktivitas di KMHDI. Tulisan ini mencoba menjawab
kebingungan sebagian pengurus KMHDI yang di dalam hatinya masih
bertanya-tanya “mau dibawa kemana organisasi ini ?
Tulisan ini juga dialamatkan bagi anggota-anggota baru KMHDI yang di
dalam hatinya pasti bertanya-tanya “ngapain saya ikut-ikutan organisasi
ini ?”
Mohon dibaca hingga habis tulisan ini dan semoga pertanyaan-pertanyaan
tersebut bisa terjawab seluruhnya. Sebenarnya sebagian isi tulisan ini
sudah ada secara terpencar di berbagai tulisan lain di buku-buku KMHDI
atau di diskusi-diskusi di milis dan forum KMHDI (KMHDI.org) namun
karena tidak semua anggota KMHDI sempat dan mampu menyimak berbagai
tulisan dan diskusi tersebut maka tulisan ini akan menjadi semacam
kesimpulan dan himpunan pengetahuan tentang KMHDI. Tulisan ini sengaja
dibuat agar para pengurus, anggota dan partisipan KMHDI memiliki
orientasi arah tentang pertanyaan-pertanyaan mendasar mengenai
keberadaan mereka di KMHDI dan agar selanjutnya bisa mengarahkan
kegiatan KMHDI seperti sebagaimana seharusnya.
...
Untuk mempermudah pengertian pembaca maka judul tulisan ini dapat dibagi dalam empat pertanyaan mendasar yaitu :
Untuk apa saya,anda dan mereka berada dan beraktivitas di KMHDI ?
Untuk apa KMHDI ini ada dan perlu dijaga keberadaannya ?
Apa hubungan antara keberadaan KMHDI dengan masa depan umat Hindu
Indonesia ?
Untuk apa KMHDI memfokuskan kegiatannya pada pendidikan dan pelatihan
dalam bentuk kaderisasi ?
Jawaban atas empat pertanyaan ini harus dimulai dari gambaran besar
tentang situasi kebangsaan secara umum dan kondisi umat Hindu di
Indonesia.
II. Situasi Kebangsaan
Umat Hindu Indonesia berada di Indonesia dan karena itu perbincangan
tentang umat Hindu Indonesia mau tidak mau harus mengikutsertakan
situasi kebangsaan Indonesia. Mari kita mulai dengan pendapat dua orang
Proklamator Indonesia tentang situasi kebangsaan kita :
Ir Soekarno (Bung Karno) pernah mengatakan “Aku menghadapi kenyataan
bahwa negeriku miskin, malang dan dihinakan oleh bangsa-bangsa lain”.
Pernyataan ini adalah sebuah cetusan hati yang jujur dari seorang
pendiri bangsa Indonesia dan tragisnya, sampai saat inipun masih dapat
dirasakan bahwa pernyataan tersebut masih relevan. Menimpali
keprihatinan Bung Karno tentang kedaulatan dan kehormatan bangsa,
proklamator yang lain yaitu M.Hatta (Bung Hatta) memberi arahan yang
harus ditempuh untuk menyelesaikan keprihatinan tersebut yaitu :
“Kita harus mengajar para intelektual yang muda-muda, yang pada suatu
saat akan menggantikan kita untuk meneruskan cita-cita bangsa ini.
Mendidik bangsa ini agar menjadi bangsa yang rasional dan
berpengetahuan. Tujuan akhir dari semua ini adalah untuk mewujudkan
suatu keadaan dimana diri kita dan kader-kader kita akan menjadi
pemikir, pejuang dan pemimpin bagi agama, bangsa dan kemanusiaan. Ini
adalah janji kepada tanah air. Ini merupakan soal prinsip. Soal
kehormatan suatu bangsa.”
Dua masalah itu yaitu kehormatan bangsa dan pendidikan bagi anak-anak
bangsa adalah masalah Ke-Indonesiaan pada saat Republik ini didirikan,
namun jangan salah karena sesungguhnya hingga saat inipun kedua kondisi
tersebut masih terjadi dan masih menjadi tantangan untuk dibenahi. Dua
masalah kebangsaan ini mengantar kita untuk masuk ke bagian selanjutnya
yaitu :
III. Situasi Umat Hindu di Indonesia
Hindu adalah sebuah agama yang dianut oleh begitu banyak manusia dan
mampu survive dalam waktu yang sangat panjang. Sejarah Indonesia banyak
yang dipengaruhi oleh tradisi-tradisi Hindu, yang walaupun seringkali
dibantah oleh pelaku sejarah, namun tidak terbantahkan dalam
realitasnya. Sampai saat inipun beberapa aspek kehidupan sosial dan
religius masyarakat luas masih dipengaruhi oleh ajaran-ajaran Hindu.
Namun dominasi kesejarahan tetaplah sebuah cerita masa lalu dan karena
sejarah tidak pernah bergerak mundur maka yang penting bukanlah cerita
lalu tetapi kemampuan menghadapi masa depan.
Sampai akhir abad ke-20 umat Hindu di Indonesia adalah umat yang
minoritas secara kuantitas dan rendahnya kuantitas tersebut (sayangnya
!!!) tidak disertai dengan kualitas SDM yang memadai. Data Biro Pusat
Statistik tahun 1997 menunjukkan bahwa jumlah umat Hindu di Indonesia
adalah sekitar 10 juta jiwa, terbesar berada pada usia muda, dengan
tingkat penyebaran yang tidak merata, dimana jumlah umat Hindu di Pulau
Bali adalah sekitar 35% dari keseluruhan umat Hindu di Indonesia.
Dengan penguasaan alat produksi yang terbatas pada alat-alat produksi
tradisional maka sebagian besar umat Hindu di Indonesia adalah umat
dengan status ekonomi yang berada pada level menengah ke bawah.
IV. Masalah Umat Hindu Indonesia
Itulah situasi umat Hindu Indonesia menjelang pergantian Millenium
dahulu dan sepertinya saat inipun (tahun 2010) masih seperti itu.
Lantas apa yang menjadi masalah dari kondisi semacam ini ?
Ego umat beragama - Perbandingan antar agama sering dilakukan oleh umat
lain terhadap umat Hindu dan seringkali menempatkan umat Hindu sebagai
pihak yang “kalah”. Ini bukan karena ajaran Hindu yang “kalah” namun
karena kecerobohan dan kebodohan umat kita sendiri yang tidak menguasai
konsep-konsep dasar agamanya sehingga cercaan dan hinaan sebagai agama
“kuno”, “ketinggalan jaman”, “ciptaan manusia” dll harus kita telan
mentah-mentah. Berbagai masalah ini membuat penampilan umat Hindu
Indonesia menjadi “ndeso”, “kampungan”, “tahayul banget”, “kafir”,
“penyembah berhala” dll
Politik - Umat Hindu seperti pelanduk yang terjepit diantara beberapa
gajah yang sedang bertarung. Gajah ini bisa berupa penganut agama lain
seperti umat Islam (yang memiliki jaringan kuat dengan Pan-Islamisme
dan Pan-Arabisme) atau penganut agama Kristen (yang memiliki jaringan
Zending yang kuat di seluruh dunia). Gajah yang lain adalah ideology
modern seperti Kapitalisme, konsumerisme, individualisme dll (dengan
jaringan yang kuat di di USA dan Eropa Barat). Umat Hindu Indonesia
hampir mati terjepit di tengah-tengah semua gajah ini dan apabila tidak
ada tindakan penyelamatan yang dimulai dari saat ini maka dapat
dipastikan umat Hindu Indonesia pasti akan benar-benar mati terjepit di
masa depan
Sindrom Minoritas - Selalu merasa jadi korban tapi enggan memperbaiki
diri, kecenderungan berperilaku pecundang dan lain sebagainya
Inti dari berbagai kelemahan ini adalah KEBODOHAN dalam arti yang luas
dan sejarah serta pendiri republik telah mengajarkan kepada kita bahwa
kebodohan semacam ini hanya bisa ditanggulangi dengan pendidikan dan
pelatihan berorganisasi. Kebodohan semacam ini bersifat jangka panjang
sehingga penanganannya juga harus bersifat jangka panjang. Tidak ada
shortcut (jalan pintas) dalam mengatasi masalah-masalah mendasar
seperti ini
V. Solusi atas masalah
Kita telah menemukan satu dari sekian banyak akar masalah yaitu
Kebodohan dalam arti luas, yang menurut pengalaman sejarah, masalah ini
hanya dapat ditanggulangi dengan dua cara yaitu :
Pendidikan
Pelatihan Organisasi
Dan karena itulah, KMHDI difokuskan pada pendidikan nilai-nilai dan
pelatihan kemampuan organisasi pada generasi muda Hindu. Dalam bahasa
Purwaka KMHDI, ini disebut dengan “mewujudkan intelektual Hindu yang
Moksartham Jagadhita Ya Caiti Dharma”
Sekarang ingat baik-baik bahwa KMHDI berfokus kepada pendidikan
nilai-nilai dan pelatihan berorganisasi bukan karena KMHDI tidak punya
fokus yang lain tapi karena memang dua tindakan inilah yang dibutuhkan
oleh umat Hindu Indonesia. Tanpa dua tindakan ini maka semua bayangan
buruk tentang masa depan umat Hindu Indonesia yang suram, kemungkinan
besar akan jadi kenyataan. Ingat juga baik-baik bahwa pentingnya
keberadaan KMHDI bukanlah bagi keuntungan dirinya sendiri dan juga
bukan semata-mata bagi keuntungan individu-individu yang menjadi
pengurus atau anggota KMHDI, namun dalam skala yang lebih luas, KMHDI
adalah aset bagi umat Hindu Indonesia.
Pertanyaan selanjutnya adalah
Dengan cara bagaimana pendidikan dan pelatihan organisasi dapat memecahkan masalah-masalah tersebut ?
Pendidikan (bukan hanya pengajaran !) meneruskan dua hal penting yaitu
tata nilai dan cara berpikir. Tata nilai dan cara berpikir akan
menentukan jati diri seseorang dalam jangka panjang
Pendidikan membuat seseorang menyadari tentang karakter dirinya sendiri
dan bisa bersikap terhadap perubahan lingkungannya
Pendidikan membuat seseorang dibekali dengan cara berpikir yang terbuka
sehingga akan memiliki kemampuan mengendalikan, mengkajiulang praktek
yang ada, berani mengambil sikap dan tindakan, memiliki serta
membagikan visi dan nilai-nilai yang memberikan arah bagi orang lain di
sekelilingnya
Pelatihan organisasi membekali seseorang dengan kemampuan :Komunikasi
Koordinasi
Interaksi dengan orang dari berbagai latar belakang
Berjaringan
Berpikir komprehensif dan lintas wilayah/sektoral
Dipimpin dan memimpin
VI. Pelaksanaan pendidikan dan pelatihan di KMHDI
Oke, itu tadi semuanya adalah adalah latar belakang kenapa KMHDI
berfokus kepada pendidikan (transfer nilai-nilai dan cara berpikir)
serta pelatihan organisasi. Selanjutnya ada pertanyaan,
Dengan cara apa KMHDI melakukan pendidikan dan pelatihan itu ?
Jawabannya :
KMHDI melakukannya melalui Kaderisasi
Pesan Sponsor :
Untuk memperjelas tulisan ini, kita perlu tahu tentang terminologi
KMHDI yang berhubungan dengan kaderisasi. Sebenarnya apa sih arti dari
kata-kata ini ?
Kader KMHDI : Seorang individu (bisa pengurus, bisa anggota, bisa
alumni, bisa partisipan KMHDI) yang telah pernah dibekali dengan
nilai-nilai KMHDI dan masih mempraktekkan nilai-nilai itu.
Kaderisasi KMHDI : Proses pendidikan nilai-nilai KMHDI dan pembekalan
kemampuan berorganisasi yang dilakukan oleh kader-kader KMHDI bagi
kader-kader KMHDI yang lain
Sistem Kaderisasi KMHDI : Serangkaian kegiatan pelatihan formal dan
informal yang rasional, standar, sistematis dan berhubungan antara satu
dengan lainnya sehingga membentuk interkoneksi pelatihan yang ditujukan
bagi terbentuknya nilai-nilai KMHDI dan kemampuan berorganisasi pada
kader-kader KMHDI
5W 1H Kaderisasi KMHDI
Apa tujuan Kaderisasi KMHDI ?
Mempersiapkan generasi muda Hindu pada saat ini dengan cara membekali
dan melatihnya dengan nilai-nilai dan berbagai kemampuan berorganisasi
agar dapat menjadi pemimpin-pemimpin Hindu yang siap mengatasi masalah
– masalah umat Hindu Indonesia di masa depan. Dalam bahasa Purwaka
KMHDI, inilah yang disebut dengan :
Visi KMHDI : yaitu Wadah pemersatu dan alat pendidikan kader
Misi KMHDI : yaitu Memperbesar jumlah kader mahasiswa Hindu yang berkualitas.
Siapa yang mengkader ?
Ya, kader KMHDI
Siapa yang dikader ?
Ya, kader KMHDI
Apa yang dikader ?
Nilai-nilai KMHDI yang meliputi nilai-nilai KEBEBASAN, KEADILAN dan
SOLIDARITAS dalam level INDIVIDU dan DEMOKRASI, HUKUM dan NEGARA dalam
level KOMUNITAS
Untuk apa mereka dikader?
Agar nantinya kader KMHDI dapat menjadi orang yang RELIGIUS, HUMANIS,
NASIONALIS dan PROGRESIF sehingga bisa melakukan DHARMA AGAMA dan
DHARMA NEGARA secara benar dan akhirnya dapat menjadi pemimpin umat
Hindu di masa depan
Kapan dikader ?
Semasa dia masih menjadi Kader KMHDI
Dengan cara apa kaderisasi dilakukan ?
Dengan menggunakan Sistem Kaderisasi KMHDI
Kapan dan bagaimana kita tahu kalau proses kaderisasi KMHDI sudah terlaksana dengan benar?
Ada empat jawaban :
Kalau pada diri kader telah terbangun KESADARAN AKAN MASA DEPAN umat
Hindu. Kader KMHDI seharusnya sadar bahwa mereka adalah golongan yang
terpilih dari umat Hindu Indonesia. Sangat sedikit rakyat Indonesia
yang berkesempatan melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi dan
karena itu mahasiswa Hindu Indonesia adalah golongan yang terpilih dari
umat Hindu Indonesia dan tanggungjawabnya adalah jelas yaitu mengemban
tanggung jawab kemuliaan Hindu di masa depan
Kalau pada diri kader telah timbul KESADARAN TENTANG HAK, KEWAJIBAN DAN
HARGA DIRINYA. Kenapa begini ? Karena hanya manusia – manusia yang
sadar yang akan mampu merubah keadaan. Buruk baiknya nasib si manusia
dan langkah-langkah yang akan dijalankannya untuk memperbaiki nasib
tersebut harus merupakan pertimbangan dan perbuatan sendiri dan bukan
atas perintah dari luar
Kalau pada diri kader telah terbangun KESADARAN SEJARAH. Jangan
terbutakan oleh kebanggaan sejarah Hindu di Indonesia yang pernah
menjadi penguasa di masa lampau. Ingat baik-baik diktum sejarah itu
sendiri, yaitu “Panta Rei”, sejarah itu mengalir dan hukum sejarah
adalah keras seperti baja dan karena itu orang-orang yang tidak mau
belajar dari sejarah akan dikutuk oleh sejarah untuk melakukan
kesalahan sejarah yang sama. Pengurus dan anggota KMHDI perlu
menumbuhkan kesadaran sejarah dengan berkaca pada kejadian-kejadian
yang pernah terjadi pada umat Hindu
Tiga kesadaran di atas akan membangun KESADARAN DIRI dan LINGKUNGAN
dimana kader KMHDI memahami kelemahan dan kekuatan dirinya dan memahami
dengan cara bagaimana kelemahan dan kekuatan tersebut mempengaruhi
lingkungannya. Kesadaran diri dan lingkungan juga seharusnya akan
membimbing kader KMHDI memahami berbagai hal yang berhubungan dengan
dirinya seperti kesukaan, hobi, potensi diri, level emosional, daya
tahan mental, batas mampu fisik dll
Iklan Layanan Masyarakat:
Cara penanaman kesadaran ini adalah dengan cara meyakinkan melalui
contoh dan perbuatan, bukan dengan omong kosong, bukan dengan cara
paksaan dan bukan dengan tipuan. Omong kosong dan tipuan mungkin bisa
menghimpun anggota yang banyak tapi semua itu tidak bisa mempertahankan
kesadaran dalam diri anggota. Hanya dengan kesadaran yang timbul dari
diri sendiri maka kekuatan moral dan mental untuk bertanggung jawab
penuh atas segala tindakan yang dilakukannya dapat dijalankan.
Apa acuan idealis kaderisasi KMHDI ?
Acuannya adalah sebuah kalimat bermakna dari salah satu pendiri Republik Indonesia yaitu Sutan Sjahrir yang mengatakan :
“Dengan segala peradaban, semua peri kemanusiaan, agama, etika, yang
dikatakan dimiliki oleh manusia, tetap dalam diri kita ada unsur
kebinatangan yang membuat semua kebudayaan, perikemanusiaan dan agama
menjadi bahan tertawaan. Kita tidak boleh menggunakan idiom irasional
yang walaupun lebih mudah untuk memikat rakyat, justru akan menjatuhkan
rakyat dalam jurang kebodohan. Kita harus mengangkat kesadaran rakyat
banyak dari dunia irasional ke tingkat yang rasional, dan mendidik
rakyat untuk berpikir dan berbuat secara rasional pula. Metode
perjuangan kita harus rasional, sistematis dan terstandarisasi.”.
Perkataan Sutan Syahrir inilah yang menjadi acuan dasar dalam
pelaksanaan Sistem Kaderisasi KMHDI dan karena itu dalam mewujudkan
bakti bagi agama dan negara, KMHDI memilih untuk menggunakan cara
pendidikan melalui gerakan kaderisasi yang rasional, sistematis dan
terstandarisasi. Apabila anggota dan pengurus KMHDI bisa konsisten
melakukan Sistem Kaderisasi KMHDI dalam jangka panjang maka KMHDI
sebagai sebuah organisasi sebenarnya telah secara langsung ikut dalam
proses pembangunan bangsa dan tentunya juga mempersiapkan masa depan
yang lebih baik bagi umat Hindu Indonesia. Dalam istilah KMHDI inilah
yang disebut dengan DHARMA AGAMA dan DHARMA NEGARA.
Tulisan diatas semuanya bersifat mendasar dan berjangka panjang, agar
realistis dan tidak mengawang-awang, mari kita turunkan tujuan-tujuan
itu ke atas bumi dalam bentuk penjelasan tentang SISTEM KADERISASI
KMHDI.
VII. Sistem Kaderisasi KMHDI
Kaderisasi KMHDI bukan hanya berbentuk kegiatan pelatihan yang
sekali-sekali diadakan oleh pengurus organisasi seperti MPAB, DMO,
Diklat Jurnalistik dll. Tolong diingat baik-baik bahwa kaderisasi di
KMHDI mengacu kepada proses yang menekankan contoh dan perbuatan dalam
kehidupan sehari-hari dan dalam kehidupan organisasi. Jadi proses
kaderisasi KMHDI bukanlah hanya sebentuk kegiatan dimana seorang senior
bermonolog dalam sebuah acara resmi seperti Seminar atau Dharma Santi
atau MPAB atau kegiatan lainnya
Sistem Kaderisasi KMHDI adalah seluruh proses berorganisasi itu sendiri
Misalnya :
Bagaimana seorang Ketua PC memimpin sebuah kerja bakti di Pura, bisakah
dia berkomunikasi dengan baik ? Bisakah dia berkoordinasi dengan baik ?
Atau saat seorang kader PC sakit dan opname di rumah sakit, bisakah
pengurus PC dan rekan-rekannya yang lain menunjukkan rasa solidaritas ?
Atau saat seorang Sekretaris PC akan membuat surat tertentu, bisakah
dia menunjukkan dan mencontohkan kepada kader yang lain tentang
keteladanan administrasi seperti membuat struktur surat yang benar dan
melakukan pengarsipan yang baik ?
Atau saat seorang Bendahara PC dalam mengelola keuangan PC, bisa dia
menunjukkan sikap yang bertanggungjawab seperti pencatatan dan
pengelolaan keuangan yang baik kepada kader-kader yang lain ?
Atau saat seorang kader diberikan tugas tertentu oleh organisasi,
bisakah dia menunjukkan kerja yang total dan tanpa pamrih (ngayah) ?
Atau saat seorang kader diundang mengunjungi organisasi lain dan diajak
berdiskusi, bisakah dia menunjukkan dan menjunjung nilai-nilai
religiusitas, humanisme, nasionalisme dan progresifitas dalam diskusi
lintas organisasi itu ?
Petatah petitih dari Mbah Anusbolduburectum :
Jangan takut atau kecewa kalau semua tindakan kita seolah-olah tidak
berguna karena misalnya sudah payah-payah melatih seseorang lantas
orang itu pergi dari KMHDI.
Lakukanlah yang terbaik yang bisa dilakukan saat ini dan serahkan
hasilnya pada waktu dan sejarah untuk menilainya (katanya sih ini nilai
Hindu juga, entah benar entah tidak, he, he, he, …). Jangan takut kalau
karya kita dilecehkan orang, jangan takut dengan penilaian yang
merendahkan, jangan takut dengan hasil yang dirasa mengecewakan. Bukan
itu yang penting karena di KMHDI, takutlah kamu apabila kamu tidak lagi
berkarya.
Sejelek apapun karyamu, selama itu adalah hasil dari pikiranmu sendiri,
kerja dari tanganmu sendiri, hasil gerak kakimu sendiri, maka banggalah
dan saya yakin setiap orang yang mengaku KMHDI akan menghargai karya
itu. Hanya ada satu hal yang perlu kamu takuti di KMHDI
Yaitu apabila kamu tidak lagi berkarya
Kegiatan-kegiatan seperti MPAB, DMO dan lain-lain adalah semacam
tonggak bagi eksistensi organisasi namun jangan salah mengartikan bahwa
apabila kepengurusan telah melakukan hal ini lantas proses kaderisasi
telah dilaksanakan, bukan, sekali lagi bukan seperti itu, … proses
kaderisasi KMHDI termaktub secara inheren dalam seluruh proses
berorganisasi dan bukan hanya dalam tonggak-tonggak eksistensi itu.
Tolong pahami ini dengan baik karena tanpa praktek lapangan yang
sesungguhnya maka seluruh nilai-nilai yang ditransfer dalam segala
macam pelatihan tidak akan ada gunanya.
Di titik inilah, saat ilmu harus bertemu dengan praktek lapangan,
filosofi pendidikan Paulo Freire dengan model “Dewasa dan Partisipatif”
yang menjadi acuan kaderisasi KMHDI menjadi bermakna. Coba baca kembali
filosofi pendidikan Paulo Freire yang menekankan pada istilah PRAXIS.
Setiap kader KMHDI seharusnya sadar dan yakin bahwa seluruh ilmu yang
diajarkan di KMHDI tidak akan ada gunanya apabila tidak dipraktekkan
dan tidak disesuaikan dengan lingkungannya.
Lalu apa bedanya proses kaderisasi yang duduk-duduk di ruangan (MPAB,
Seminar, Dharma Santi dll) dengan proses kaderisasi yang praktek
langsung di lapangan ?
Dalam terminologi KMHDI,
Yang duduk-duduk itu disebut dengan KADERISASI FORMAL
Yang langsung turun ke lapangan seperti kerja bakti di panti asuhan,
donor darah, membuat buletin bulanan, diskusi dengan organisasi lain,
menyebar proposal cari dana, belajar membuat laporan keuangan
organisasi, menjual buku-buku agama di pura dll, disebut dengan
KADERISASI INFORMAL
Jadi dalam Sistem Kaderisasi KMHDI, ada dua jenis proses kaderisasi
yaitu kaderisasi formal dan kaderisasi informal. Kaderisasi formal yang
terbaru meliputi dua jenis yaitu :
Kaderisasi wajib yaitu MPAB dan DMO serta praktek DMO
Kaderisasi pilihan yang meliputi dua jenis lagi yaitu Kaderisasi Lanjutan dan Diklat Khusus
Apabila Sistem Kaderisasi KMHDI dibuat dalam bentuk gambar maka modelnya adalah sebagai berikut :
Sistem Kaderisasi KMHDI
Kaderisasi Formal
Kaderisasi Informal
DMO
Wajib
Pilihan
MPAB
Praktek DMO
Jurnalistik
Diklat Khusus
Tahap 1
Politik
Kewirausahaan
Tahap 2
Tahap 3
Lanjutan
MPAB ++
Pertemanan
Pelibatan
Kepanitiaan
dll
Dalam gambar diatas, perhatikan baik-baik bahwa antara Praktek DMO dan
Diklat-diklat Khusus dengan Kaderisasi Informal terdapat garis
putus-putus yang menghubungkan mereka, anda bisa menebak arti dari
garis putus-putus ini kan ? kalau tidak bisa menebak, segera hubungi
customer services KMHDI di PC atau PD terdekat, he, he, he, …
Oke, itu dulu tentang Sistem kaderisasi KMHDI yang menekankan pada PRAXIS, pertanyaan selanjutnya adalah :
Bagaimana caranya agar proses kaderisasi yang seabrek-abrek ini dapat dijalankan ?
Ada dua hal yang harus dibenahi agar segala proses ini dapat berjalan.
KMHDI harus punya STRUKTUR (wadah, badan, kegiatan dll) yang kuat dan
yang memang dirancang untuk melaksanakan visi dan misi KMHDI itu
KMHDI harus mempersiapkan ISI (materi kaderisasi, ide, nilai-nilai,
buku-buku, teknik pelatihan dll) yang akan ditransfer ke kader-kadernya
Nah, sekarang kita masuk ke pembahasan tentang STRUKTUR KMHDI (point
VIII), baru setelah itu kita akan masuk ke pembahasan tentang ISI
KADERISASI KMHDI (Point IX)
VIII. Struktur KMHDI
Yang dimaksud dengan struktur KMHDI antara lain :
Struktur organisasi KMHDI , di dalamnya ada PP, PD, PC, Departemen,
Lembaga Non Departemen, Biro , Komisariat dll
Peraturan-peraturan KMHDI seperti Purwaka, AD dan ART, Keputusan PP,
Rekomendasi Mahasabha dll
Permusyawaratan KMHDI yang isinya antara lain Mahasabha, Lokasabha,
Rakernas, Rakorda, Rapimcab, Diskusi bulanan, Rapat panitia dll
Alat komunikasi dan koordinasi yang meliputi Garis Instruksi, Garis
Koordinasi, Web KMHDI.org, Milis di Yahoo, Chatting di YM, Jarkom
lewat SMS, Ngobrol-ngobrol di Sekretariat, Nongkrong-nongkrong di Pura
sambil ngelirik cowok/cewek yang menarik dll
Simbol dan atribut – Lambang KMHDI, Bendera KMHDI, Pin KMHDI, Jas
KMHDI, Mars KMHDI, Hymne KMHDI dll (kayaknya kita juga butuh Topi
KMHDI, ada usulan ?)
Pengakuan eksistensi KMHDI yang berupa pengakuan eksistensi dari
orang-orang atau organisasi lain seperti :Siapakah pejabat negara yang
datang saat pembukaan Mahasabha KMHDI ?
Seberapa sering KMHDI masuk berita di koran atau TV ?
Seberapa sering KMHDI menerima undangan ikut acara kenegaraan atau
kedaerahan ?
dll
Pesan Sponsor lagi, tahukah anda hubungan antara struktur dan isi ?
Struktur membuat isi dapat mencapai tujuannya sehingga tanpa wadah yang
baik sebuah isi tidak akan pernah mencapai tujuannya
Isi membuat struktur menjadi bermakna sehingga tanpa isi yang cukup
baik, struktur hanya akan tinggal menjadi struktur yang kosong tanpa
makna
Struktur KMHDI ini harus kuat dan sesuai dengan tujuan-tujuan KMHDI
namun jangan terkecoh dengan gemerlapnya suasana struktur (ini yang
sering terjadi !) dengan semata-mata hanya berfokus kepada struktur
KMHDI sehingga segala sumber daya justru dikerahkan semata-mata pada
penguatan struktur. Ingat baik-baik bahwa struktur KMHDI ini ada dan
diadakan karena ada tujuan-tujuan dibaliknya dan tujuan-tujuan itu
adalah :
“Pendidikan dan pelatihan bagi generasi muda Hindu agar siap menjadi
pemimpin yang akan memecahkan masalah umat Hindu Indonesia di masa
depan”
Inilah tujuan besar kenapa struktur KMHDI itu ada. Untuk memudahkan
pengertian dari kader-kader yang lemot (kayaknya yang beginian ada
banyak di KMHDI ya ? jia, kak, kak, kak, …) maka berikut ini akan
diberikan contoh tentang hubungan antara wadah dan isi :
Teh botol SOSRO
Pernah lihat Teh Botol ?
Yang produksi Sosro itu lho !
Lihat di dalam botolnya, ada cairan coklat kemerahan yang terdiri dari
campuran air, gula dan teh yang ditujukan untuk melepas dahaga bagi
orang yang meminumnya.
Botol kacanya itu adalah “wadah” (struktur) dan cairan itu adalah “isi”
Tujuan dari “isi” itu adalah untuk menghilangkan dahaga
Jadi “wadah”nya bisa saja diganti dengan kemasan kertas seperti wadah
Susu Ultra atau dengan botol plastik seperti wadah Coca-cola atau
dengan wadah kaleng alumunium seperti Bir Haiken (ini yang paling
sedap, he, he, he, … ) tapi tujuan dari “isi” (cairan) itu tetap saja
sama yaitu untuk menghilangkan dahaga.
Apa hubungannya Teh Botol Sosro dengan struktur KMHDI ?
Hubungannya sederhana, yaitu jangan terlalu menghabiskan sumber daya
untuk membentuk struktur KMHDI yang glamour, yang penting adalah :
Apakah struktur KMHDI sudah dibuat untuk mencapai tujuan KMHDI ?
Memperkuat struktur KMHDI untuk memudahkan pencapaian tujuan KMHDI
tentu adalah sebuah langkah bagus dan rasional tapi membuat struktur
menjadi mewah dan berat adalah langkah yang irasional (kecuali kasus
khusus tergantung budaya di wilayahnya).
Otre dech, saya mulai bosan ngomong tentang struktur, untuk masalah ini
silahkan yang lain menambahkan. Sekarang kita masuk ke inti KMHDI yaitu
ISI KADERISASI KMHDI
IX. Isi Kaderisasi KMHDI
Isi kaderisasi KMHDI adalah serangkaian soft skill yang dibutuhkan oleh
setiap orang yang memproyeksikan diri untuk menjadi pemimpin di masa
depan. Ini bisa berarti pemimpin bagi diri sendiri, bagi keluarga, bagi
lingkungan kecil seperti Banjar, RW, komunitas atau bahkan dalam level
negara. Soft skill tidak diajarkan atau dilatihkan di sekolah formal
karena soft skill bersifat informal namun dalam kehidupan riil
penguasaan soft skill adalah penentu bagi kesuksesan seseorang
Soft skill berbeda dengan hard skill karena hard skill adalah skill
yang dapat menghasilkan sesuatu yang terlihat dan segera . Contohnya
adalah hard skill memasak. Seseorang bisa langsung memperlihatkan hasil
masakan dan rasa masakan setelah selesai memasak. Sementara soft skill
bersifat tidak terlihat dan tidak segera. Contoh soft skill antara
lain: kemampuan beradaptasi, komunikasi, kepemimpinan, pengambilan
keputusan, pemecahan masalah, conflict resolution dll. Seorang koki
yang hanya berinteraksi dengan kompor, penggorengan, bumbu dll, mungkin
bisa membuat masakan yang enak tapi pada saat dia membuka rumah makan
dan harus berinteraksi dengan pelanggan dan anak buahnya maka tanpa
kemampuan soft skill yang memadai, si mantan koki akan kesulitan dan
rumah makan bisa bangkrut
Penelitian di Harvard University, USA, menemukan bahwa kesuksesan
seseorang ditentukan oleh sekitar 20% hard skill dan 80% soft skill.
Ups !!! apakah anda menguasai hard skill dengan baik namun tidak
menguasai soft skill ? oke, bersiap-siaplah untuk jadi pesuruh seumur
hidup, he, he, he, …
Terdapat dua jenis Soft skill :
Intrapersonal skill mencakup : self awareness (self confident, self
assessment, trait & preference, emotional awareness) dan self skill
( improvement, self control, trust, worthiness, time/source management,
proactivity, conscience). Interpersonal skill mencakup : social
awareness (political awareness, developing others, leveraging
diversity, service orientation, empathy dan social skill
(leadership,influence, communication, conflict management, cooperation,
team work, synergy)
Sebagai bawahan, seseorang tidak banyak menghadapi masalah yang
berhubungan dengan soft skill. Masalah ini baru muncul saat seseorang
berada di posisi pengambil keputusan atau saat harus berinteraksi
dengan banyak orang. Semakin tinggi posisi manajerial maka semakin
penting penguasaan soft skill karena di posisi ini dibutuhkan
kecerdasan emosional untuk berinteraksi dan mengelola orang yang
berbeda-beda karakter. Soft skill bukan sesuatu yang sudah jadi dan
tidak bisa berubah, kemampuan ini bisa dilatih dan ditingkatkan seiring
pengalaman. Cara paling efektif melatih soft skill adalah dengan
learning by doing yang dalam prosesnya berinteraksi dan beraktivitas
dengan orang lain.
Di kampus-kampus dan ruang perkuliahan, yang diajarkan adalah hard
skill yang berguna bagi kemampuan spesialisasi namun dalam dunia kerja
dan hidup yang sesungguhnya soft skill adalah penentu keberhasilan.
Untuk mempermudah pengertian atas perbedaan soft skill dan hard skill,
berikut akan diberikan tabel perbedaan antara kedua konsep ini :
Soft Skill
Hard Skill
Efek
Jangka panjang
Jangka pendek
Bentuk
Penguasaan emosi
Penguasaan ketrampilan
Wilayah kerja
Komunal/sosial
Individual
Kecerdasan
EQ
IQ
Hasil
Kebiasaan
Keahlian
Penyelesaian masalah
Efektivitas
Efisiensi
Pembentukan
Intra dan interpersonal
Teknis dan akademis
Soft skill adalah kemampuan utama yang dididik dan dilatihkan di KMHDI
sehingga dalam jangka panjang, seorang kader KMHDI diharapkan memiliki
atribut-atribut mental sebagai berikut :
Keuletan dan daya tahan mental saat berada dalam kondisi sulit
Kemampuan mengelola emosi sehingga menjadi produktif
Kemampuan berkomunikasi, berkoordinasi dan bekerjasama
Kemampuan berpikir kritis, perduli lingkungan dan multi dimensi
Kemampuan bernegosiasi dan kompromi dalam mengatasi konflik
Cara agar kader-kader KMHDI bisa mencapai soft skill itu
Pengalaman dipimpin dan memimpin serta dilatih dan melatih
Pengalaman lintas vertikal dan lintas horisontal
Pengalaman dan kemampuan mengelola organisasi dalam bidang perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan serta evaluasi
Pengalaman dan pengetahuan ke Hinduan
Pengalaman dan pengetahuan Ke Indonesiaan
Tujuan antara sebelum menjadi pemimpin Hindu di masa depan (tujuan akhir)
Pembentukan karakter kader KMHDI agar mampu berpikir bebas (terbuka), adil dan solider
Pembentukan kepercayaan pada kader-kader KMHDI pada kebenaran sistem demokrasi, hukum dan negara
Pembentukan jati diri agar kader KMHDI memiliki cara berpikir dan bertindak yang religius, humanis, nasionalis dan progresif
Langkah Jangka Pendek membentuk soft skill
Yang harus dilakukan oleh pengurus dan anggota KMHDI dalam jangka
pendek adalah mendidik anggota-anggotanya dalam lingkungan yang
terkecil dengan materi-materi pendidikan dan pelatihan KMHDI, ini bisa
berarti dalam level Komisariat, PC atau PD. Yang terpenting penting
adalah mereka harus di didik dengan nilai-nilai KMHDI secara benar
(melalui contoh dan tindakan dan bukan hanya omongan) dan dibekali ilmu
berorganisasi dengan baik (melalui berbagai pelatihan di MPAB, DMO,
Diklat-diklat khusus dll)
X. Kesimpulan Tulisan ini cukup panjang jadi
kemungkinan kesimpulannya juga panjang, he, he, he, …. Ya ndak lah,
santai saja brur, …. Untuk memudahkan mengambil kesimpulan, pertama
kita akan kembali dulu ke judul tulisan ini yaitu :
“Untuk apa saya dan anda berada di KMHDI ?
Pertanyaan ini diuraikan dalam 4 sub pertanyaan yaitu :
Untuk apa saya,anda dan mereka berada dan beraktivitas di KMHDI
Untuk apa KMHDI ini ada dan perlu dijaga keberadaannya ?
Apa hubungan antara keberadaan KMHDI dengan masa depan umat Hindu Indonesia ?
Untuk apa KMHDI memfokuskan kegiatannya pada pendidikan dan pelatihan dalam bentuk kaderisasi ?
Berdasarkan tulisan diatas mari kita simpulkan satu persatu jawabannya.
Jawaban 1.
Tujuan kita berada dan beraktivitas di KMHDI adalah untuk mendidik dan
melatih diri sendiri serta orang-orang di sekeliling kita dengan
kemampuan yang berguna bagi diri sendiri dan bagi orang-orang di
sekitar kita
Jawaban 2.
KMHDI ada sebagai jawaban atas kewajiban dharma agama dan dharma negara
mahasiswa Hindu Indonesia, kewajiban ini harus dilaksanakan agar
masalah kita sebagai bangsa yang dihinakan dan dibodohi dapat
ditanggulangi dan masalah umat Hindu Indonesia yang terjepit di segala
sisi juga dapat dibereskan
Jawaban 3.
KMHDI adalah aset umat Hindu Indonesia karena di KMHDI para calon
pemimpin Hindu di masa depan akan dididik dan dilatih. Tanpa keberadaan
KMHDI, masa depan umat Hindu Indonesia akan menjadi suram
Jawaban 4.
Kaderisasi KMHDI yang berfokus kepada pendidikan dan pelatihan
ditujukan untuk membekali kader KMHDI dengan kemampuan soft skill yang
diperlukan untuk kesuksesan kader KMHDI di masa depan sebagai
pemimpin-pemimpin umat Hindu.
Nah sekarang mari kita jawab judul tulisan ini :
Jawaban final :
Saya dan anda berada di KMHDI adalah untuk mendidik dan melatih diri
sendiri dan orang-orang di sekitar kita dengan kemampuan soft skill
yang tidak didapatkan di bangku kuliah namun bisa di dapatkan dari
pendidikan, pelatihan dan praktek berorganisasi di KMHDI. Tujuan kita
mendidik dan melatih diri adalah agar memiliki kemampuan kepemimpinan
sehingga di masa depan, saya dan anda akan siap menjadi pemimpin umat
Hindu Indonesia yang bisa melaksanakan dharma agama dan dharma negara.
Ya, itu saja, sederhana ya ?
Kedengarannya sih sederhana tapi coba lakukan secara konsisten dengan
pikiran, tangan dan kaki kita sendiri, pasti deh rasanya bikin lumayan
gempor, he, he, he, …
Okeh, … itu saja dulu dari DJ Anusbolduburectum, semoga tulisan ini
berguna bagi senior-senior KMHDI yang sedang kehilangan orientasi
(mau dibawa kemana organisasi ini ?)
dan juga bagi junior-junior KMHDI yang bertanya-tanya dalam hati
(ngapain saya ikut-ikutan organisasi ini ?)
Semoga berguna
Cukup sekian seriusnya, sekarang kita putar lagi lagu jeb-ajeb-ajeb
dari Anthem Groove, … God Is A Girl, … tet, tet, to, tet, to tet, to,
tet, Remembering me , … ampun DJ !!!!!!!!
Salam Jeb-ajeb dengan irama Tri Sandya
Anusbolduburectum
Tidak ada komentar:
Posting Komentar