Selasa, 01 November 2011

Sejarah Kesatuan Mahasiswa Hindu Dharma Indonesia


 Sejarah Kesatuan Mahasiswa Hindu Dharma Indonesia

Disusun Oleh : Pengurus Cabang Malang 1997-2000
     Pengurus Daerah Jawa Timur 1997-2000

 

Kenapa Sejarah Itu Penting ?  (sebuah peringatan)

(Oleh : Made Surya Putra, Ketua Dept. Litbang PP. KMHDI 1999-2002)

Para pemegang kekuasaan yang ingin melakukan pertanggungjawaban dan legitimasi atas kekuasaannya, pertama-tama akan melakukan penguasaan atas ingatan kolektif, sehingga tidak aneh apabila dimanapun di dunia ini penguasaan terhadap gambaran masa lalu dijadikan sebagai pembenaran atas sistem yang berjalan pada masa sekarang. Karena itu, orang-orang yang menguasai sejarah adalah orang-orang  yang mampu mempertanyakan legitimasi penguasa, ini karena masa lampau dikuasai bukan semata-mata untuk masa lampau itu sendiri tetapi demi penguasaan masa depan.
Untuk dapat melakukan pengendalian sejarah, sedikitnya ada dua cara yang digunakan. Pertama, pemalsuan sejarah yaitu dengan melakukan penambahan atau pengurangan dalam fakta-fakta sejarah yang diketahui oleh umum. Kedua, kebisuan sejarah, kebisuan sejarah umumnya dilakukan atas tiga prinsip utama.
1.      Prinsip Legitimasi, , Kasus “Kudeta Kecil Lenin”, Kasus Ken Arok dll
2.      Prinsip Kondisi Masyarakat, Kasus buku sejarah Jerman pasca 1945 (pembantaian Yahudi), kasus buku sejarah resmi Pemerintah Jepang, kasus PSPB di Indonesia dll
3.      Prinsip Sejarah Memalukan
Apakah hanya pemerintah (birokrasi dan militer) yang menyukai langkah manipulasi sejarah ?, ternyata tidak, masyarakat secara umum (bahkan keluarga inti sekalipun !!!) juga dapat melakukan langkah yang sama dalam skala yang lebih kecil.
Dalam bukunya “What is History”, E.H. Carr mengatakan bahwa sejarah adalah proses berkesinambungan dari interaksi antara sejarawan dan fakta-fakta yang dimilikinya, suatu dialog yang tidak berkesudahan antara masa sekarang dengan masa lampau. Ini berarti tidak ada penulisan ataupun buku sejarah yang bersifat final atau selalu dimungkinkan untuk melakukan interpretasi ulang atas sejarah.
Adalah sangat penting bagi setiap orang untuk menguasai sejarah, terutama bagi kader-kader KMHDI yang diprogramkan agar di masa depan menjadi pemimpin-pemimpin Hindu. Penguasaan atas fakta-fakta sejarah akan sangat membantu proses kepemimpinan. Sebagai penutup, berikut ini adalah kutipan dari (rencana) pidato kenegaraan  Bung Karno pada 17 Agustus 1966 (pidato ini akhirnya tidak dapat dibacakan oleh Bung Karno, namun tersimpan dalam Arsip Negara)
“Pelajarilah sejarah perjuanganmu sendiri yang sudah lampau. Agar supaya tidak tergelincir dalam perjuangan yang akan datang. Pegang teguh kepada sejarahmu itu. Never leave your own history. Peganglah apa yang kita miliki sekarang, yang adalah akumulasi dari hasil semua perjuangan kita di masa lampau. Jikalau engkau meninggalkan sejarah, engkau akan berdiri diatas, vacuum, diatas kekosongan. Dan perjuanganmu akan nanti paling-paling bersifat amuk saja, seperti kera di gelap gulita.”

Jasmerah, Ir. Soekarno



A. Tahap Pemunculan Ide

Keinginan mahasiswa Hindu Indonesia untuk memiliki wadah bersama, muncul pada saat diadakannya panel Forum dan Dialog Mahasiswa Hindu oleh KMHD UGM pada tahun 1991. Pada kesempatan itu diusulkan untuk membentuk Forum Komunikasi Mahasiswa Hindu Indonesia dan disepakati  KMHD UGM sebagai fasilitator. Tugas dari forum komunikasi tersebut adalah untuk membangun jaringan komunikasi  mahasiswa di berbagai perguruan tinggi di Indonesia. Bagi perguruan tinggi yang belum memiliki KMHD di perguruan tingginya, diserukan agar segera membentuk KMHD yamg bisa mengakomodasikan seluruh potensi dan aspirasi Mahasiswa Hindu di masing-masing perguruan tinggi tersebut. Dalam perjalanannya Forum Komunikasi banyak menemui kendala sehingga komunikasi mahasiswa Hindu Indonesia belum berjalan seperti yang diharapkan

B. Tahap Pemantapan Ide

Menyadari kendala yang dihadapi oleh forum komunikasi tersebut, dilakukan pembicaraan lebih lanjut dalam Dialog Mahasiswa Hindu yang diselenggarakan pada saat TPKH ITS menyelenggarakan Seminar Nasional mahasiswa Hindu pada tahun 1992. Adapun hasil yang dicapai pada saat itu adalah dibentuknya Korwil (Koordinator Wilayah) di masing-masing kota yang ada perguruan tingginya. Selain itu, untuk membicarakan mekanisme kerja Forum Komunikasi Mahasiswa Hindu, maka akan diadakan Dialog di Bali dengan tetap menunjuk KMHD UGM sebagai penyelenggara. Untuk menindaklanjuti hasil-hasil keputusan di ITS tersebut, pada bulan Agustus 1992 KMHD UGM bekerja sama dengan Senat Mahasiswa Universitas Warmadewa menyelenggarakan Forum dan Dialog Mahasiswa Hindu Indonesia. Tujuan utamanya adalah untuk membahas mekanisme kerja dan biaya operasional dari Forum Komunikasi Mahasiswa Hindu Indonesia. Pada saat inilah muncul usulan untuk membentuk wadah yang bersifat formal dan nasional. Usulan tersebut dilontarkan pertama kali oleh KPMHD malang selaku Korwil Malang.
Pro dan Kontra sempat mewarnai dalog tersebut. Sebagian peserta dialog mendukung dengan alasan sudah waktunya Mahasiswa Hindu tampil dalam Forum Nasional untuk bersama-sama dengan rekan-rekan mahasiswa yang lain berpartisipasi dalam pembangunan bangsa dan negara Indonesia. Adapula peserta dialog yang tidak mendukung usulan tersebut karena memandang Mahasiswa hindu belum siap tampil di Forum-Forum nasional. Perbedaan pandangan ini berlangsung lama dan alot, sehingga dialog harus dibreak untuk diadakan lobi-lobi masing-masing pihak.
Pendekatan secara personal pada saat lobi ternyata berhasil memuaskan semua pihak. Tiga keputusan penting yang dihasilkan yaitu :
1.             Dalam waktu enam bulan Mahasiswa Hindu Indonesia harus menyelenggaraka kongres.
2.             Biaya kongres ditanggung bersama –sama oleh masing-masing korwil
3.             Dibentuk panitia kecil mempersiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan untuk pelaksanaan kongres.
Pada kesempatan itu juga disepekati bahwa kongres dilaksanakan di Bali dengan Korwil Bali (dalam hal ini FPMHD UNUD) sebagai penyelenggara dan Korwil Malang sebagai panitia kecil (dalam kongres panitia kecil sebagai Steering Comitte).

C. Tahap Penyamaan Visi

Untuk menindaklanjuti hasil dialog di Universitas warmadewa, pada tanggal 9 – 11 Oktober 1992 diadakan Malang Informal Meeting (MIM) yang bersamaan dengan kegiatan Dharma Bhakti VIII KPMHD Malang. Tujuan utama dari MIM adalah untuk menyamakan visi dan persepsi tentang wadah yang akan dibentuk serta membuat rancangan materi untuk keperluan kongres. Keputusan penting yang dihasilkan pada saat MIM adalah  sebelum kongres perlu diadakan prakongres, yang bertujuan untuk mengevaluasi kesiapan Mahasiswa Hindu dalam menyelenggarakan kongres.
Pada tanggal 25 – 28  Desember 1992 diadakan Urun Rembug Nasional di kampus IHD Bali (UNHI) yang merupakan istilah lain dari prakongres seperti yang dimaksud dalam MIM. Urun Rembug ini  lebih bersifat kekeluargaan untuk lebih mematangkan pelaksanaan kongres. Namun pada urun rembug ini kembali timbul perbedaan visi dan persepsi tentang wadah yang akan dibentuk. KMHD UGM tetap menghendaki wadah yang bersifat informal sedang seluruh delegasi lainnya menghendaki wadah yang bersifat formal. Setelah melalui perdebatan yang panjang maka KMHD UGM mengambil sikap walkout. Untuk mewujudkan wadah formal maka dibentuk tim investigasi yang bertugas mendapatkan informasi .
1.              Pelaksanaan kongres diundur sampai bulan September 1993.
2.              Tempat kongres tetap di Bali.
3.              Untuk membahas rancangan AD/ART, GBHO dan Program Kerja maka diadakan pertemuan lanjutan bertempat di Bali.
Kemudian pada tanggal 8 – 10 dan 14 – 15 Februari 1993 diadakan Bali Informal Meeting (BIM)  yang membahas rancangan AD/ART, GBHO dan Program Kerja Organisasi. Hasil penting BIM adalah :
1.              Nama organisasi adalah Kesatuan Mahasiswa Hindu Dharma Indonesia yang disingkat KMHDI.
2.              Akan diadakan pertemuan lanjutan di Bandung.
3.              Penegasan bahwa biaya kongres ditanggung bersama.
4.              Menugaskan untuk Korwil Bali dan NTB untuk membuat rancangan program kerja. Korwil Malang untuk membuat rancangan GBHO.
5.              Hal-hal lain yang belum dibahas dalam BIM akan dibahas dalam pertemuan di Bandung.
6.              Masing-Masing Perguruan Tinggi untuk mengirimkan kalender akademik, untuk mencari waktu yang tepat tentang pelaksanaan kongres.
Untuk menindaklanjuti hasil-hasil BIM maka pada tanggal 18 – 20 April 1993 diadakan Pertemuan Informal Bandung (PIB) di Asrama Mahasiswa Viyata Tirta Gangga dan Ciung Wanara. Hasil-hasilnya sebagai berikut :
1.              Kongres tetap diadakan di Bali pada tanggal 1 – 4 September 1993.
2.              Menugaskan pada seluruh Korwil untuk memberikan masukan tentang rancangan GBHO KMHDI.
3.              Menugaskan Korwil Jakarta untuk membuat Mars KMHDI.

D. Pelaksanaan Kongres Nasional Mahasiswa Hindu Indonesia

Setelah melalui pertemuan-pertemuan yang maraton tersebut maka Mahasiswa Hindu Indonesia berhasil melaksanakan kongres yang menyatakan berdirinya Ormas Mahasiswa Hindu Indonesia dengan nama KMHDI. Pada saat Kongres tersebut dipilih tiga pengurus inti dan KMHDI telah memliki AD/ART, GBHO, serta pada kongres tersebut Mahasiswa Hindu yang tergabung dalam KMHDI juga menyepakati beberapa pokok-pokok pikiran yang direkomendasikan pada beberapa instansi.

E.        Perjalanan KMHDI

Secara defacto KMHDI lahir pada tanggal 3 September 1993 (setelah AD/ART) berhasil disusun dan disahkan pada saat kongres. Namun demikian, organisasi yang baru lahir dan belum berpengalaman, KMHDI belum bisa eksis di kalangan masyarakat luas, karena beberapa kendala yang dihadapi pada saat kelahirannya. Kendala utama adalah belum solidnya pengurus Pimpinan Pusat KMHDI. Hal ini disebabkan karena, secara personal tidak memahami tugas dan wewenangnya masing-masing. Kondisi ini ditambah lagi dengan putusnya komunikasi antar pengurus dan Pimpinan Pusat dengan Pimpinan daerah sehingga terkesan bahwa KMHDI selama ini berjalan sendiri-sendiri, serta minimnya biaya untuk menjalankan roda organisasi.
Dengan segala kekurangan dan kendala yang dihadapi, KMHDI sampai saat ini juga telah melaksanakan konsolidasi sehingga beberapa Pimpinan Daerah dan Pimpinan Cabang telah terbentuk. Beberapa peraturan organisasi telah berhasil dimiliki walaupun pelaksanaannya belum bisa seperti yang diharapkan. KMHDI yang telah dirintis melalui perjalanan panjang memakan waktu, tenaga, pikiran, serta materi yang tidak sedikit, sempat nyaris mandeg pada kondisi yang tidak menentu. Mencermati KHMDI yang berada pada kondisi kritis, maka beberapa tokoh pendiri dan penerusnya bertekad untuk menyelamatkan KMHDI melalui Mahasabha II yang seharusnya diselenggarakan pada bulan September 1996 di Jakarta, tetapi dialihkan ke Malang (yang saat itu secara kader dan persiapan lebih siap).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar